HAI-Online.com - Usai bentuk Republik Cinta Management, frontman Dewa 19, Ahmad Dhani, kalo diperhatiin nggak sedikit mengolah kembali lagu lama milik Dewa 19 atau lagu ciptaannya.
Diolah kembali ini bisa lewat beragam bentuk, entah itu di daur ulang, di remix, atau bahkan dibawakan musisi lain.
Contohnya, dalam album perdana Dewi Dewi yang bertajuk Recycle+, cuman ada 2 lagu orsinal, sisanya lagu Dewa 19, dan ditambah satu lagunya Queen.
Atau contoh lainnya ada di album pertama The Rock, yang banyak berisi lagu Dewa 19 versi swing.
Baca Juga: Sering Dicap Arogan, Ahmad Dhani: Pengetahuan Musik Gua Luas Sih
Eits, tenang aja, di majalah HAI nomor 40 tahun 2007, Dhani pernah mengungapkan alasan ia melakukan hal tersebut.
"Kalo gue bilang sih menghemat. Bukan mengendor. Misalnya nih, di Dewi Dewi, gue cuma bikin dua lagu baru. Di The Rock juga banyak lagu lama. Begitu juga di album repackage Dewa. Sebenarnya sih, itu dalam rangka berhemat. Bukan karena kendor," ujarnya.
Ibaratnya, aksinya ini untuk menghemat pengeluaran, supaya bisa tetap hidup di masa depan.
"Yang gue coba lakukan sekarang itu adalah gue nggak man boros-boros. Karena perjalanan gue masih panjang," imbuhnya.
Pendekatan ini berbeda dengan di awal karier Dewa 19, di mana Dhani masih suka bikin album "utuh" - yang isinya lagu orisinal tanpa cover atau remix.
"Gue sadar itu ya dua tahun belakangan ini. Yang buat gue sadar adalah kenyataan kalo di industri rnusik sekarang ini kita nggak perlu jualan banyak lagu," katanya, dengan gaya khas.
Baca Juga: Pas Rekaman Album Bintang Lima, Ahmad Dhani Ngaku Sering Berantem Sama Once
"Menurut gue, gue terlalu boros di album Bintang Lima dan Cintailah Cinta. Karena menurut pengamatan gue, boros itu kadang-kadang nggak baik juga. Misalnya begini. Di album Cintailah Cinta sebenarnya banyak lagu yang bagus. Misalnya Kosong. Tapi jadi nggak terdengar karena ketilep sama Pupus. Akhirnya, banyak lagu gue yang tabrakan," terangnya.
Selain pemborosan, fenomena "jualan single" ternyata udah disorot Dhani saat itu.
"Lo lihat aja semua band. Kayak misalnya Matta dengan lagu Ketahuan. Yang dijual kan cuma Ketahuan. Sisanya tempelan. Nggak terlalu didengar juga. Makanya, nggak jual the whole album. Paling banter tiga lagu kuat udah cukup dimasukkan sebagai daya jual sebuah album," paparnya.
"Sedangkan kayak di Republik Cinta, banyak banget lagu yang tabrakan hingga akhirnya nggak jadi. Kayak misalnya. Perasaanku Tentang Perasaanku Kepadamu. Lagu itu bagus. Dan, menurut gue kalo dijadiin singel pertama pasti kuat. Tapi, karena ketiban sama singel-singel lainnya, jadi gagal total," pungkasnya. (*)