Transportasi Umum Bandung Ramai Menuai Kritik, Mahasiswa: Banyak Pelecehan Bikin Gue Takut

Senin, 09 Januari 2023 | 10:01
(TRIBUN JABAR / GANI KURNIAWAN)

Bus Trans Metro Bandung (TMB) melintas di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Selasa (29/8/2017).

HAI-ONLINE.COM - Akhir-akhir ini, timeline media sosial lagi ramai banget ngebahas tentang buruknya transportasi umum di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung.

Obrolan tentang minusnya transportasi umum di Kota Bandung itu sendiri sebenarnya udah bukan lagi jadi suatu hal yang baru, karena permasalahannya emang udah ngakar banget sejak dulu sih.

Banyak banget netizen yang ngekritik soal transportasi umum di Kota Bandung ini sejak lama.

Beberapa dari mereka, kebanyakan nge-compare sama kota lain, khususnya moda transportasi umum di Jabodetabek.

Tapi sebenarnya, gimana sih tanggapan dan harapan dari warga Bandung itu sendiri mengenai transportasi umum di Kota Bandung khususnya buat mereka yang beraktivitas setiap hari?

Nah, HAI udah nge-interview beberapa teman-teman mahasiswa yang kuliah di Kota Bandung dari 5 kampus yang berbeda mengenai transportasi umum di Kota Bandung ini.

Ketika ditanya mengenai transportasi umum di Kota Bandung, kebanyakan dari mereka ngekritik tentang kurangnya opsi moda transportasi umum dan nge-mention mengenai kurangnya keamanan dari pada transportasi umum di Kota Bandung itu sendiri.

“Bandung kerasa banget sih kejomplangannya di bidang transportasi umum, especially kalo dibandingin sama Jabodetabek. Kalo di Jakarta, lebih banyak pilihan transportasinya. Kita bisa pilih mau naik angkot, Transjakarta, KRL, MRT, dan lain-lain yang harganya tuh sangat terjangkau. Terus, semua moda tersebut gampang diakses dan udah punya jadwalnya sendiri yang bisa dicek lewat aplikasi,” kata Rayhan dari Universitas Pendidikan Indonesia.

“Sedangkan pas di Bandung, moda transportasi yang tersedia terbatas banget. Yang gue tau paling cuma angkot dan Bus Damri aja, dan bahkan sekarang setau gue ada beberapa rute Bus Damri yang belum beroperasi kembali semenjak pandemi,” tambah Rayhan.

FYI, ngobrolin soal Bus Damri, Naufal dari Kampus UIN Sunan Gunung Djati ikut nambahin komentarnya soal hal itu.

Menurut Naufal, Bus Damri itu sebenarnya udah cukup bagus dan ngebantu transportasi di Kota Bandung.

Tapi, menurutnya hal itu nggak berlangsung lama.

Baca Juga: Now Playing Festival 2023: Total Digelar 6 Hari Selama 2 Minggu

(Dok. Kementerian BUMN)

Bus listrik buatan INKA yang dioperasikan dengan skema BTS kini tersedia di Bandung.

“Itu sih udah bagus ya dari awal udah ada halte dan lainnya, cuma bagusnya dia di awal doang. Untuk pemeliharaan halte dan lainnya nggak dipikirin. Makanya, sekarang haltenya jadi terbengkalai dan ngerusak pemandangan di Bandung juga,” tutur Naufal.

Lebih jauh lagi, beberapa narasumber kita khususnya mereka yang perempuan, ngerasa kurang nyaman dan aman pas naik kendaraan umum di Kota Bandung.

Pasalnya, mereka banyak nge-mention tentang masih maraknya kasus pelecehan seksual, pencurian, dan pembegalan yang terjadi ketika lagi naik transportasi umum di Kota Bandung.

So far, gue prefer pake ojek online sih kalo transport umum. Ini last option sih, karena sejauh ini aman dan nyaman, meskipun kadang mahal. Gue pernah juga beberapa kali naik angkot, tapi ya banyak ketakutan yang gue alamin,” jelas April dari International Women University, ketika ditanya mengenai pengalamannya naik kendaraan umum di Kota Bandung.

“Apalagi gue sebagai cewek, yaa naik angkot itu kayak tabu, karena image dari angkot sendiri sekarang tuh udah terbilang ‘buruk’ semenjak kejadian cewek anak sekolah dilecehkin sama orang-orang yang berada di kawasan angkot tersebut. Banyaknya pelecehan bikin gue takut,” jelas April.

Masih bicara dari sisi keamanan khususnya bagi perempuan, Farhana dari Telkom University ikut ngasih tanggapannya mengenai hal itu.

Menurutnya, tingkat keamanan transportasi umum di Kota Bandung masih belum maksimal dan sebenarnya masih bisa ditingkatin lagi.

“Kayak ambil contoh deh Transjakarta, kan dia ada bus Pink tuh yang khusus perempuan. Mungkin Bandung bisa nyontoh Transjakarta.”

“Tapi bahkan Transjakarta yang udah bikin bus Pink aja masih rawan pelecehan. Nah, mungkin transportasi di sini bisa mencetuskan cara baru biar pelecehan atau kejahatan apapun itu bisa berkurang,” ucap Farhana.

Kesimpulannya, mayoritas narasumber kita kebanyakan ngerasa kalau transportasi umum di Kota Bandung memang belum maksimal, terutama dalam opsi moda transportasi dan keamanan serta kenyamannya.

Tapi di samping itu, masih ada beberapa yang ngerasa kalau mereka overall udah ngerasa puas-puas aja sama transportasi umum di Kota Bandung.

Salah satunya Devita dari Politeknik Negeri Bandung, yang bilang kalau sejauh ini transportasi umum di Kota Bandung udah bagus banget karena selalu diperbarui dan aman-aman aja.

“Ya akses ojek online baik itu motor ataupun mobil udah gampang dapetnya. Kalo dicompare sama kota lain, contohnya kaya Bus Bandros yang nyajiin tour kota gitu udah bagus banget, karena kan nggak semua ada di setiap kota,” ucap Devita.

Ketika ditanya tentang harapan mereka mengenai transportasi umum di Kota Bandung ini, beberapa di antaranya berharap biar ke depannya pemerintah Kota Bandung bisa lebih ngeperhatiin keamanan dan kenyamanan buat penggunanya, sehingga nantinya masyarakat bisa percaya buat beralih ke transportasi umum.

Selain itu, beberapa menyarankan pemerintah untuk mulai ngebuat perencanaan mengenai pemaksimalan buat opsi moda transportasi berbasis rel biar lebih efektif dan mengurai mobilitas kemacetan.

Idealnya, menurut mereka, sebagai sebuah kota besar yang mempunyai ‘title’ Ibu Kota Provinsi, Bandung seharusnya mulai concern buat ngebenahi moda transportasi umum dan mulai ngedengerin keluhan serta kritikan dari warganya.

Tag

Editor : Alvin Bahar