Pelajar Cianjur Trauma Melihat Bangunan Sekolah Mereka Hancur Akibat Gempa

Rabu, 30 November 2022 | 07:00
Plan Indonesia

Pelajar Cianjur Trauma Melihat Bangunan Sekolah Mereka Hancur Akibat Gempa

HAI-Online.com-Akibat peristiwa gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitude di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) lalu, banyak pelajar terutama anak-anak usia sekolah dasar merasa tertekan dan takut.

Hal ini diungkap dalam hasil penilaian kebutuhan cepat (rapid need assessment/ RNA) yang dilakukan Tim Tanggap Darurat Plan Indonesia pada Selasa (29/11/2022) atau sepekan usai gempa utama.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti, mengatakan, banyak anak yang merasakan trauma karena umumnya merekamelihat sendiri bangunan sekolah tempat mereka belajarruntuh, serta sebagian mengalami dan menyaksikan teman-temannya tertimpa bangunan yang roboh diguncang gempa.

Baca Juga: Tinjau Lokasi Gempa Cianjur, Mendikbud Bakal Prioritaskan 2 Hal Ini

"Namun, mereka juga menyatakan (punya) motivasi yang tinggi untuk segera kembali ke sekolah dengan bangunan yang lebih aman dan kuat,” kata Dini dikutip dari Kompas.com, kemarin.

Dari data yang disebutan Tim Tanggap Darurat Plan Indonesia, sekitar 524 sekolah ditemukan rusak serta tidak terlihat adanya tempat belajar sementara. Ini mengakibatkan anak-anak kehilangan bahan belajar, seragam sekolah, mainan hingga barang-barang berharga.

"Mereka juga tidak memiliki kegiatan untuk dilakukan karena sekolah ditutup dan tidak ada kegiatan belajar mengajar yang diadakan di ruang belajar sementara,” ungkap Dini lagi.

RNA juga menemukan, anak-anak korban Gempa Cianjur merasa tidak aman saat tinggal di kamp pengungsian.

Kondisinya pun memprihatinkan, tidak adanya pemisahan ruangan antara laki-laki dan perempuan, serta lampu penerangan yang terbatas, anak-anak dan perempuan rawan mengalami kekerasan.

Pasalnya, dengan jumlah tenda sebanyak 47 buah, diperkirakan saat ini 800-900 orang tinggal di titik pengungsian. Termasuk belum adanya informasi tentang mekanisme pelaporan dan penanganan kekerasan yang mudah diakses.

Keterbatasan air dan toilet di lokasi bencana juga rawan menimbulkan gangguan kebersihan dan kesehatan bagi masyarakat.

"Anak-anak mengalami kesulitan mengganti pakaian dalam, bra, serta menjaga kebersihan menstruasi karena terbatasnya pakaian dalam dan pembalut yang tersedia,” lanjut Dini.

Oleh karena itu, tambah Dini, sebagai lembaga yang berfokus pada perlindungan hak anak dan kesetaraan anak perempuan, Plan Indonesia merekomendasikan dua hal mendesak untuk diberikan kepada warga terdampak gempa, khususnya anak-anak.

Pertama, memberikan bantuan di bidang pendidikan, perlindungan anak, air, sanitasi, dan hygiene (WASH) untuk jangka waktu sampai tiga bulan, berdasarkan kebutuhan-kebutuhan khusus di atas. Kedua, upaya tersebut dilanjutkan ke fase pemulihan.

"Khususnya mengembangkan sekolah tangguh bencana (resilient school) yang mengandung tiga komponen yaitu fasilitas sekolah yang aman, manajemen sekolah yang aman, dan pendidikan kesiapsiagaan dan tangguh bencana,” ujar Dini.

Plan Indonesia juga memberikan dukungan psikososial (psychosocial support) bagi anak-anakterdampak gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang saat ini berada di sejumlah tenda pengungsian.

Dini mengatakan, dukungan psikososial telah berlangsung sejak 24 November hingga 2 Desember 2022, khususnya di Kecamatan Cugenang.

Baca Juga: SMAN 1 Kuta Bali Menang Lomba Debat Modern Kreatif Generasi 2022, Ini Keseruan Acara DEMOKRASI Pelajar

Metode yang digunakan Plan dalam hal ini adalah 3L, yaitu look, listen, and link. Sebanyak 200 anak yang tinggal di lokasi pengungsian mengikuti kegiatan pendampingan psikososial ini.

Untuk memperkuat upaya tersebut, Plan Indonesia juga menggandeng mitra lokal, yaitu Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), serta memberikan pelatihan dukungan psikososial untuk mitra lokal dan para relawan. (*)

Tag

Editor : Al Sobry