Seniman Asal Bandung, Machine56 Jadi Seniman Indonesia Favorit Takashi Murakami

Senin, 28 November 2022 | 17:05
HAI/Tanya Audriatika

Takashi Murakami di IdeaFest 2022, Minggu (27/11/2022).

HAI-Online.com - IdeaFest 2022 menghadirkan seniman kontemporer asal Jepang, Takashi Murakami untuk menjadi salah satu pembicara talk show.

Dalam talk shownya, Takashi menyebut salah satu seniman Indonesia yang menjadi favoritnya, yakni Machine56.

Sembari cerita, ia menunjukkan sampul sebuah majalah bergambar karya seniman asal Bandung tersebut.

Instagram.com/machine56

Takashi Murakami menunjukkan karya seniman asal Indonesia favoritnya, Machine56.

“Jadi ini salah satu designer favorit gue, kayak design app gitu, nama kreatornya Machine 56, kalian bisa cari di Instagram,” ujarnya ketika di JCC, Jakarta Pusat, Minggu (27/11/2022).

Takashi cerita kalau ia sudah saling mengenal dengan seniman ini selama tiga tahun.

“Gue ketemu dia pagi ini, dan kita memang sudah saling kenal selama 3 tahun,” ujarnya.

Menurutnya, seniman asal kota kembang ini memiliki passion yang unik tentang perpaduan antara animasi dan sci-fi.

“Tapi kliennya 90 persen dari Amerika Serikat dan 10 persen sisanya lagi dari Eropa,” imbuhnya.

“Terus gue nanya ‘berarti lo nggak ada produk Indonesia?’ dia bilang ‘Kalau sejauh ini kayak 1-2 persennya aja’,” ujarnya.

Masa depan kreator Asia di tingkat global

Takashi juga menyebut kreator Asia berpeluang besar untuk terjun ke dalam tingkat yang lebih tinggi lagi, yakni internasional.

Baca Juga: Begini Cara Joko Anwar Agar Filmnya Bisa Diterima Warga Lokal dan Internasional

Ia berpendapat, hal ini bisa terjadi karena populasi di Asia tergolong nggak sedikit.

“Balik lagi ya, populasi kita tuh di angka yang besar, seperti di China, India, dan Indonesia. Ini tuh ibaratnya diatas 50 persen populasi dunia, yang artinya kita punya power,” tegasnya.

Ia juga bagikan tiga hal untuk mendorong kreator Asia masuk di pasar global.

Pertama, harus pede dan berani masuk ke pasar global dan mulai belajar dari gaya Barat.

“Jadi yang pertama kita harus belajar dari apa itu gaya Barat, dan ini biasanya sangat lembut dan tulus. Kedua, kita harus mencari tahu apa orisinalitas kita, entah itu kisah sedih atau kemiskinan,” lanjutnya.

Yang ketiga, kita harus berani dan bikin promosi yang bagus di media sosial atau lewat website.

“Bisa juga dengan NFT,” pungkasnya. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya