Viral Jasa Pacar di Medsos, Dosen UM Surabaya: Ini Karena Tuntutan Sosial yang Tinggi

Kamis, 03 November 2022 | 19:16
Dok. UM Surabaya

Ilustrasi jasa pacar di media sosial.

HAI-Online.com - Beberapa hari terakhir, media sosial sempat diramaikan dengan fenomena jasa pacar dengan tarif yang beragam, mulai dari Rp 100.000 - Rp 1.500.000 per jamnya.

Sewa pacar ini awalnya ramai di TikTok dan trending di Twitter. Banyak yang mengklaim sudah berikan testimoni usai menggunakan jasa sewa tersebut.

Bahkan ada pula penyedia jasa yang sudah memberikan fasilitas katalog melalui website.

Dalam website, pacar sewaan bisa diajak kencan, menemani belanja, berburu makanan hingga menemani ke kondangan.

Sementara, jasa yang diberikan berupa foto bersama, pegangan tangan, merangkul pundak, sampai kencan bersama.

Ramainya fenomena ini ditanggapi Dosen Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Radius Setiyawan.

Ia menyebut, faktor yang membuat seseorang menyewa jasa pacar yakni tuntutan sosial yang tinggi sekaligus persoalan seksualitas.

Baca Juga: Puluhan Mahasiswa UM Surabaya Lulus Tanpa Skripsi, Diganti Pakai Ini

Menurutnya, fenomena sewa pacar ini merupakan bagian dari perkembangan zaman yang berdampak pada mudahnya alat komunikasi, sehingga seseorang mudah berinteraksi.

“Saya prediksi kedepannya fenomena ini bakal lebih ekstrem, interaksinya sangat mungkin nggak hanya bertemu di dunia nyata. Seseorang akan sangat mungkin melakukan hubungan seksual di dunia cyber untuk memuaskan hasratnya,” tutur Radius dilansir dari laman UM Surabaya.

Radius menyebut, seiring perkembangan dan meluasnya penggunaan internet, memunculkan revolusi seksual yang memungkinkan seseorang melakukan eksplorasi seksual yang melampaui batas-batas budaya, gender, usia, agama, bangsa, bahkan bentuk fisik.

“Ekspresi diri ini bisa disalurkan lewat media sosial, aplikasi digital, webcam interaktif, teknologi sentuhan (sense of touch), hingga aplikasi jasa sewa pacar,” ungkapnya.

Ia menyebut, anonimitas ruang siber membuat seseorang dapat mengekspresikan dengan atau tanpa identitas asli mereka sekaligus bisa untuk menghilangkan kebosanan.

Radius menjelaskan, kecepatan teknologi ini harus diiringi kemampuan membangun justifikasi yang otoritatif atas perilaku seks di dunia cyber.

“Tujuannya agar agama dan budaya nggak mengalami kegagapan menghadapi masa depan (shock future) yang terus memunculkan praktik-praktik baru,” imbuhnya.

Ia juga menghimbau untuk berhati-hati, pasalnya dengan mengakses website seperti jasa sewa pacar, jasa sewa kencan memungkinkan para hacker mengambil data pengguna dan menggunakannya secara nggak bertanggung jawab.

Nggak hanya itu, beberapa ancaman kejahatan juga bisa terjadi seperti penguntit, spamming email, pelacakan data pekerjaan hingga meretas alamat IP.

Radius juga mengungkapkan, ramainya fenomena jasa sewa pacar ini jadi tantangan baru bagi negara, agama dan tatanan sosial masyarakat.

“Semoga kondisi ini mendapatkan perhatian, karena jika tidak kondisinya akan lebih ekstrem dan menjadi petaka di masa depan,” pungkas Dia. (*)

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya