Belajar dari Maternal Disaster, Devá States dan Zodiac, Ini 3 Cara Anak Muda Membangun DNA Brand Fashion

Selasa, 01 November 2022 | 09:45
Sobry

Belajar dari Maternal Disaster, Devá States dan Zodiac, Ini 3 Cara Anak Muda Membangun DNA Brand Fashion

HAI-Online.com-Elemen terpenting dalam melahirkan sebuah brand fashion adalah bagaimanafounderataudesignersanggup menentukan jati diri dari suatu karya atau brand yang bakal mereka buat.
Nah, ini pula yang dibahas dalam acara HYPETALKS Vol. 1 presented by OPPO Indonesia yang digelar pada Kamis (27/10/2022) malam lalu dengan mendatangkan paraindustry expertsdari ranah fashion, lifestyle, dan fotografi untuk berbagitentang perspektif mereka dalam berkarya.
Pada sesi pertama,Michael Killian, seorang designer dan Co-founder of Pleasure & ZODIAC Jakarta memberikan tipsnya bagaimana membangun DNA dari brand yang dibuatnya.
Baca Juga: 5 Fakta Mengejutkan tentang Anime, 'Kartun Jepang' yang Mendunia | HAI & Japan
1. Akar cerita yang kuat
Ia menjelaskan setiap kreator brand mesti sudah memiliki kar cerita yang original dan tujuan yang jelas.
Michael Killian (kanan) yang merupakan seorang designer dengan segudang pengalaman dalam membesarkan brand-brand F&B dan fashion lokal hingga global mulai dari ZODIAC Jakarta, Pleasure, hingga Potato Head, termasuk sosok yang memiliki visi unik dalam menggabungkan berbagai disiplin dari desain, musik, kuliner, hingga brand storytelling, dirinya berhasil menciptakan ekosistem lifestyle yang mampu menarik banyak kalangan di Jakarta hingga Bali
"Bikin brand tanpa bisnis itu sama aja bohong, yang terpenting fondasinya lo harus bikin structure dan construction yang bikin keduanya balance," katanya saat ditemui HAI di HypeTalks Vol. 1 sesi pertama.
Duduk bersama dengan Mol Edrin, selaku Deva States Owner dan juga Vidi Nurhadi, selaku Brand Founder of Maternal Disaster, ketiganya sepakat menemukan brand DNA datang dari kisah dan pengalaman sendiri.
"Kalo gue, tergantung dari konsepnya, nggak semua orang punya hobi terus bikin brand. Yang paling penting itu (saat bikin brand.red) nggak cuma ikutin tren aja, kecuali lo accepted-nya karena mau ikutan tren, harus punya background story yang kuat, unik saat dilihat orang.
"Kalo pun nanti tren berubah, lo nggak pusing ubah cerita lagi. Paling simpel, bikin story apa terus mau dibawa kana untuk para konsumen nanti," saran Michael lagi.
Menurut Michael, saat pencetua brand sudah punya something story, dia bakal luwes berkarya. Tanpa harus ribet, karena perubahan apapun di luar bisnisnya, sang pemikir bakal tahu inti cerita brand-nya mau dibawa kemana.
2. Kuatkan Pedenya
Soal membuat brand dan karya sendiri, Mol Edrin, selaku creative designer dan sekaligus pemilik Deva States memgaju
Perjalan ia bersama rekannya, Theo Kusuma, mendirikan Devá States, sebuah label streetwear yang banyak menampilkan permainan grafis yang bold dan penuh statement itu awalnya dibuat karena rasa percaya diri.
"Berkarya itu bisa pake trial an error. Gue kalo bikin sesuatu adalah yang (hasil akhirnya) nggak perlu gue jelasin lagi le orang lain, karena dia (partner kerja) sseorang yang percaya penuh sama karya gue.
'Jadi menurut gue, semua karya yang lo lakukan itu harus seratus persen dilakukan dan lo harus percaya sama diri lo sendiri. Jangan deh, cari approval dari orang lain tapi dari diri sendiri dulu," bebernya.
Nggak heran, lewat visi kreatifnya, Mol berhasil mengantarkan Devá States ke ranah global dan membawanya masuk ke sejumlah retailer bergengsi seperti Dover Street Market, HBX, hingga Ssense.
Di sela kesibukannya sebagai designer, Mol juga aktif sebagai videomaker (belajar otodidak) dan beberapa hasil karya hasil kepercayaan dirinya bisa terlihat dalam MV ‘Flower’ dan ‘You Move Me’ oleh Dipha Barus.
3. Nothing to Lose
Selain akar cerita yang kuat dan percaya diri yang penuh, membangun DNA brand pada akhirnya juga harus didatangkan dari sumber yang tulus.
Meski jelas berorientasi pada profit bisnis, namun dalam membangun brand upayakan yang keluar adalah yang paling murni dari hati sendiri.
Ini dilakulan Vidi Nurhadi, founder of Maternal Disaster yang sekaligus desainer produknya sejak 2003 lalu.
Vidi yang membangun label streetwear asal Bandung selama hampir 20 tahun itu telah banyak berkontribusi dalam perkembangan scene musik lokal khususnya di jalur independen dan underground.
Secara organik, Vidi berhasil membangun relasi yang solid dengan band-band dari scene tersebut, mulai dari merilis karya mereka di bawah label rekaman Disaster Records hingga menggelar acara musik atau party.
Dengan karakteristik yangdark&boldala band metal dan hardcore, Maternal Disaster berhasil menarik para fans musik hingga menjadi salah satu brand yang punya market besar di Indonesia dengan flagship stores yang tersebar di sembilan kota.
"Memasukkan DNA yang dekat dengan lo, kalo gue dekatnya sama musik disitu gue masukin unsurnya ke dalam karya. Nah, kalau udah datangnya dari hati nanti karyanya bakal berkarakter," singkatnya di acara yang sama. (*)

Editor : Al Sobry