Ada Alat Apa Saja di Dalam Pesawat?

Minggu, 28 Desember 2014 | 06:36
iamalvin

Ada Alat Apa Saja di Dalam Pesawat

Pagi ini, kita dikejutkan dengan hilang kontaknya pesawat AirAsia QZ8501. Pesawat yang terbang dari Surabaya ke Singapura tersebut hilang kontak di sekitar perairan Belitung. Sampai sekarang, pesawat tersebut belum ada kejelasan.

Gangguan di pesawat sendiri ada bermacam-macam. Mulai dari teknis, human error, hingga terorisme.

Sebenarnya, ada apa saja sih di dalam pesawat yang perlu kita ketahui, juga alat-alat yang harus kita gunakan untuk menyelamatkan diri? Berikut laporan Yunika Umar dari Kompasiana.

Sebagai penumpang yang baik dan selalu ingin tahu, ada baiknya saat boarding kita menggunakan mata untuk melihat apa-apa aja sih yang ada didalam pesawat. Apalagi kebanyakan penerbangan domestik di negeri kita adalah jenis narrow body sehingga letak-letak alat emergency equipment dapat kita lihat. Saat memasuki pesawat dan sedang mengantri menunggu sampai tempat duduk, coba deh lihat-lihat ke bagian over head compartment, disitu biasanya kita bisa melihat oksigen, BCF dan H2O untuk memadamkan api, PBE (Protective Breathing Equipment), kotak P3K, transmitter untuk pemakaian di darat atau laut, flashlight dan raft. Nah, sebagai penumpang yang baik, jangan letakkan barang bawaan Anda disekitar barang-barang ini sehingga jika terjadi keadaan darurat, tidak akan menyulitkan kru di kabin untuk menjangkaunya. Alat-alat yang saya sebutkan biasanya dapat dilihat di over head compartment bagian depan dan belakang. Di bagian tengah pesawat biasanya tidak akan kita temukan barang-barang tersebut.

Di bagian tengah pesawat narrow body selalu ada emergency exit di kiri kanan yang bentuknya seperti jendela. Ini sebabnya 3 baris bangku di area ini, tidak bisa di recline sesuai kemauan kita. Beberapa saat lalu di surat pembaca Kompas, ada penumpang yang mengeluh karena duduk di area ini dan menanggap bangku yang tidak bisa di recline sebagai suatu ketidak nyamanan. Padahal ini dibuat sesuai standar yang berlaku sehingga jika terjadi keadaan darurat, penumpang tidak akan terhalang saat akan keluar. Tiga baris bangku di area ini mempunyai ruang untuk kaki lebih luas sehingga penumpang yang mempunyai kaki panjang, senang untuk duduk di area ini. Jangan juga iseng main-main dengan jendela di area ini, karena jendela di area ini memang bisa dibuka untuk keadaan darurat. Kalau saja keisengan kita main-main dengan jendela dan terbuka, proses pemasangan akan memakan waktu lebih lama, kalau saja ini terjadi saat pesawat cruising, wah bisa berabe deh.

Penumpang yang duduk di emergency exit maupun dekat dengan akses-akses pintu utama haruslah orang yang mampu untuk membantu kru di kabin(biasa dikenal dengan istilah able bodied person) saat keadaan darurat terjadi. Kalau kita merasa tidak mampu, lebih baik minta untuk dipindah ke tempat lain saat boarding di pesawat. Syarat-syaratnya antara lain, orang yang cukup usia (15-60 tahun), sehat dan tidak cacat, bukan keluarga (sehingga jika terjadi keadaan darurat, penumpang bukan hanya sibuk menolong sanak familinya saja) dan mau membantu.

Dalam penerbangan dikenal istilah 11 menit waktu krusial (saya kurang tahu apakah ini juga berlaku di Indonesia), 3 menit saat take off dan 8 menit saat pendaratan. Tiga menit tersebut biasanya saat pilot mulai mengambil ancang-ancang untuk mempercepat laju pesawat dan 8 menit saat pendaratan biasanya saat pilot menginstruksikan kru di kabin untuk bersiap-siap mendarat. Saat pendaratan jauh lebih krusial sehingga waktunya lebih lama dan memang banyak kecelakaan terjadi saat pendaratan, bisa dibayangkan kalau saja pilot salah melihat, pendarataan tidak pada tempatnya dan meleset apalagi kebanyakan bandara di Indonesia berdampingan dengan tepi pantai.

Untuk pesawat wide body, rasanya tidak ada masalah dengan kursi yang berdekatan dengan pintu pesawat. Bangku bisa di recline dan ruang untuk kaki jauh lebih luas lagi. Pada pesawat berbadan lebar, kebanyakan alat tidak disimpan di passenger over head compartment. Ada lemari-lemari khusus untuk menyimpannya. Dibelakang jumpseat (kursi untuk kru saat take off dan landing), biasanya terdapat oksigen, BCF atau water fire extinguisher, dan flashlight. Untuk memadamkan api ada 2 jenis alat yaitu BCF dan water fire extinguisher. BCF bisa digunakan untuk segala jenis kebakaran sementara water fire extinguisher tidak bisa digunakan untuk kebakaran yang disebabkan oleh kabel. Sehingga jenis BCF ini disediakan lebih banyak dibanding jenis H2O. Perlu diketahui bahwa pemanfaatan alat-alat ini harus seefektif mungkin dan tepat pada sasaran dikarenakan isi dari alat-alat tersebut hanya bisa digunakan untuk kurang dari 10 detik saja.

Toilet yang tersedia di dalam pesawat rata-rata berjenis kering. Walaupun sekarang untuk pesawat-pesawat keluaran terbaru sudah tersedia kamar mandi. Untuk toilet jenis kering tersebut, kita harus berhati-hati karena di lantai dibawah karpet terdapat banyak kabel yang akan sangat berbahaya bila toilet tersebut menjadi basah. Jangan juga sekali-sekali berusaha untuk menutup smoke detector dengan gelas atau tissue jika ingin merokok, mungkin saja anda berhasil mengelabui kru di kabin, tapi jika alat menjadi rusak dan terjadi kebakaran dikemudian hari dimana alat tersebut tidak berfungsi dengan baik, itu artinya anda telah melakukan kejahatan yang membuat celaka orang lain.

Sering terjadi juga, kebocoran jendela pesawat. Tidak usah panik ketika ini terjadi, kebocoran ini bisa disiasati dengan menutupnya dengan selimut atau pakaian.

Pada saat turbulence atauapun keadaan dimana lambang sabuk pengaman menyala, jangan lupa untuk menggunakan sabuk pengaman tersebut. Selain memang itu berguna untuk menghindari anda terlempar dan bila sesuatu yang membuat anda celaka terjadi, dan dikemudian hari pihak asuransi menemukan anda tidak menggunakannya,jangan harap asuransi itu akan berlaku. Bingung kan bagaimana orang asuransi tersebut bisa tahu? Sama, sayapun belum bisa menemukan jawabannya.

Pada saat keadaan darurat terjadi, seperti emergency landing, sebagai able bodied person, anda mengemban tugas yang sama beratnya dengan kabin kru. Biasanya, sebelum pendaratan dilakukan,orang-orang yang dipercaya tersebut akan di beri pengarahan tentang apa yang terjadi dan dimana pendaratan dilakukan.

Kalau ternyata ada bom di pesawat, jangan harap pilot in command akan memberitahukan kepada penumpang. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekalutan dan kehebohan. Kru di pesawat sudah dilatih bagaimana untuk mengatasi ini. Jadi, anda tidak usah kuatir, cukup dengan berdoa saja.

Editor : Alvin Bahar