Mau Punya Cicilan Sehat? Pilih Pinjamam Produktif daripada Kredit Konsumtif, Begini Caranya!

Sabtu, 29 Oktober 2022 | 08:57

Home Credit mendorong inklusi dan literasi keuangan masyarakat Indonesia

HAI-Online.com– Karena pinjaman adalah hak segala bangsa, anak muda juga boleh mengajukan kredit untuk membeli barang atau sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Namun, biar kondisi keuangan nggak jadi berantakan dan stabil setelah melakukan pinjaman, anak muda perlu untuk lebih dulu meningkatkan literasi keuangan mereka sehingga bijak memilih jenis pinjaman untuk menjaga kesehatan finansial mereka.
Jenis pinjaman menurut CEO Finansialku.com Melvin Mumpuni di acara #BisaJadiJADIBISA, dari Home Credit yang mendorong inklusi dan literasi keuangan masyarakat Indonesia, ada dua jenis: pinjaman konsumtif dan pinjaman produktif.
Misalnya, kamu yang mau membeli dengan mencicil iPhone 14 Pro Max dengan tujuan untuk pamer, itu dapat dikatakan pinjaman konsumtif, tetapi kalo mindsetnya ingin punya hp baru untuk membuat konten dan berkarya yang menghasilkan maka barang yang dicicil akan menjadi jenis pinjaman produktif.
Baca Juga: Begini Trik Bikin Konten Biar Masuk FYP TikTok ala Gabriel Prince
"Jadi nggak masalah kita membeligadget asalkan tujuannya memang digunakan untuk membantu meningkatkan pendapatan kita. Nah bayar cicilannya itu bisa ditutup dari penghasilan memakai barang tersebut," jelas Melvin pada Kamis (27/10/2022).

Soal menyiasati keuangan di tengah pinjaman produktif alias bayar cicilan, Melvin menerangkan saat ini generasi muda sedang gandrung dengan dunia digital marketing. Jadi selain menjadi seorang influencer produk, anak muda juga bisa berjualan secaraonline,bermodal gawai dan perangkat pendukung yang tentunya wajib dimiliki untuk bisa cuan.

Menurut Melvin, siapa pun bisa menjadi cerdas dalam merencanakan keuangan asalkan rajin mencari sumber wawasan baru, di mana saat ini ada banyak platform yang bisa memberikan panduan dalam mempraktikkan teknik-teknik money management.
“Perencanaan keuangan itu bisa dibuat jika seseorang telah memiliki literasi keuangan yang baik (well-literate) yang bisa membantu masyarakat dalam memaksimalkan layanan keuangan sesuai kebutuhan, sekaligus juga memahami manfaat serta risikonya secara bersamaan,” kata Melvin lagi.
Tidak hanya cerdas menjalankan pinjamam produktif, Melvin juga mengajarkan anak muda untuk tidak takut dengan isu resesi yang membuat sejumlah orang takut melakukan pinjaman karena khawatir nggak bisa melunasi cicilan.
"Kalo melek keuangan, sebenarnya kita mggak perlu takut kena dampak resesi 2023. Justeru resesi itu butuh ekonomi bergerak, makanya peranan masyarakat juga perlu memahami situasi ekonomi, kita harus bisa tetap positive dan melakukan spending, biar ekonomi terus berputar dan berkembang. Kalo nggak ngapai-ngapain ya resesi itu bakal terjadi, kita pastinya nggak mau itu," jelasnya lagi.
Suatu kebetulan, di bulan Inklusi Keuangan (BIK) yang diperingati setiap Oktober, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menginformasikan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia yang kini telah mencapai 49,9 persen serta inklusi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 84,2 persen pada 2022.
Persentase itu memang mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2019 namun selisih antara literasi dan inklusi tersebut masih relatif tinggi yaitu sekitar 34,3 persen.
Melihat kondisi tersebut, Home Credit, perusahaan pembiayaan berbasis teknologi, berkomitmen untuk terus meningkatkan inklusi dan literasi keuangan masyarakat melalui produk dan layanan keuangan yang mudah diakses dan transparan disertai berbagai program edukasi keuangan.
Berbagai upaya dilakukan oleh Home Credit untuk mendorong tingkat pemahaman masyarakat akan produk keuangan.
"Bertepatan dengan momentum Bulan Inklusi Keuangan, kami turut mempersembahkan program - program yang mengajak seluruh masyarakat untuk lebih mengenal berbagai produk dan layanan keuangan dari Home Credit disertai informasi keuangan secara menyeluruh.
"Dengan mengusung semangat baru, #BisaJadiJADIBISA, Home Credit senantiasa membantu pelanggan dalam mewujudkan berbagai rencana dalam hidup sekaligus memberdayakan masyarakat untuk menjalani kehidupan yang mereka inginkan," ulas Sheldon Chuan selaku Chief Marketing & Digital Officer Home Credit Indonesia di acara yang sama.
Lebih lanjut Sheldon menjelaskan bahwa program yang dimaksud adalah rangkaian pameran belanja multiproduk dan edukasi keuangan bernama PESTA diiringi konten-konten digital untuk tingkatkan literasi keuangan masyarakat luas.
Gelaran PESTA diadakan di kota Bandung (23-29 Oktober), Medan (31 Oktober – 6 November), dan Manado (22-28 November).
Nggak cuma menggandeng berbagai mitra usahanya, Home Credit juga mengajak sejumlah komunitas lokal untuk berpartisipasi seperti komunitas pesepeda Bandung yang akan melakukan fun bike sambil mengumpulkan sampah plastik daur ulang. Adapun pihak Otoritas Jasa Keuangan wilayah Medan juga akan bergabung memberikan edukasi keuangan di acara PESTA nanti.
Ditilik secara lebih jauh, Home Credit memiliki misi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat tidak hanya para pelanggan, melalui pembiayaan yang bertanggung jawab. Di mana aspek sosial dan tata kelola perusahaan, bahkan lingkungan yang dikenal dengan konsep ESG telah melekat dalam bisnis operasional Home Credit. Inklusi dan literasi keuangan adalah bagian inti dari penerapan ESG oleh Home Credit Indonesia.
Aspek sosial yang mencakup inklusi serta literasi keuangan tidak lepas dari adanya produk keuangan yang transparan, mudah diakses di mana saja dengan proses yang cepat, diiringi pemahaman pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatur keuangan secara terencana.
Ajisatria Suleiman selaku Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengatakan, layanan keuangan perlu dirancang secara khusus oleh perusahaan keuangan agar pelanggan dapat meningkatkan literasi keuangan pribadinya di samping mendapatkan manfaat dari layanan yang digunakannya.
Produk dan layanan keuangan yang tepat guna idealnya mampu memberikan wawasan lebih, keterampilan, dan keyakinan bagi pelanggan saat menggunakannya.
"Apalagi bagi pelanggan yang belum melek keuangan, tidak hanya kemudahan akses, namun penyedia jasa keuangan juga perlu memastikan bahwa pelanggan memahami secara menyeluruh produk dan layanan tersebut. Di samping itu, semua pihak perlu memastikan efektivitas dari program literasi keuangan yang selama ini sudah dijalankan mengingat tingkat literasi keuangan masih relatif rendah dibandingkan dengan inklusi keuangan.” katanya.
Home Credit sendiri mengusung transparansi atas layanan dan produknya dengan mengoptimalkan teknologi digital.
Aneka layanan keuangan Home Credit seperti pembiayaan barang di toko, pembiayaan modal usaha, Buy Now Pay Later (BNPL) hingga asuransi dapat diakses oleh masyarakat melalui aplikasi My Home Credit yang kini telah diunduh oleh lebih dari 12,56 juta pengguna terdaftar.
Baca Juga: Sambangi Kampus Yogyakarta, Mahasiswa Vokasi UGM Diedukasi Crypto
Melalui aplikasi itu, masyarakat dapat menggunakan layanan yang cepat dimana hanya dibutuhkan 3 menit untuk mengetahui limit pembiayaan ketika mengajukan aplikasi pembiayaan barang di sekitar 22.000 toko milik mitra yang tersebar di hampir 200 kota di seluruh Indonesia.
Adapun setelah pelanggan memiliki kontrak aktif, terdapat skema cooling-off period, di mana pelanggan memiliki pilihan dalam kurun waktu 14 hari untuk membatalkan perjanjian pembiayaan yang telah ditandatangani apabila berubah pikiran.
Di samping itu, Home Credit juga mengedukasi pelanggan melalui sejumlah program promo dimana pelanggan bisa mendapatkan satu hingga dua kali bebas cicilan jika melakukan pembayaran angsuran secara tepat waktu.
"Ada kebiasaan orang Indonesia menggant hp mereka setiap 22 bulan, itu terkesan merusak lingkungan, karena jadinya nanti malah berpotensi barang ymg tidak terpakai jadi e-waste, nah kami di Home Credit ada program bisa untuk menukar hp lama dengan tukar tambah agar tidak ada barang yang terbuang percuma," tambah Seldon lagi. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya