Sadako Sasaki namanya. Dia lahir Januari 1943. Atau setahun sebelum bom atom pasukan Sekutu dijatuhkan di Hiroshima. Tempat kelahiran dan tinggalnya, Kusunoki-cho, kebetulan berada cukup dekat dari hypocenter alias titik di mana bom atom pertama jatuh dan meledak. Sekitar 1,7 kilometer. Namun ketika hal itu terjadi, 6 Agustus 1944, Sadako dan keluarganya termasuk yang bisa menyelamatkan diri dari kehancuran dan kematian seketika. Walaupun dia sempat terhempas keluar jendela rumah, ortunya berhasil menemukan kembali putrinya itu dalam keadaan hidup.
Paska-pemboman, seperti keluarga lainnya, Sadako dan keluarganya menjalani masa-masa pemulihan. Dan seperti para survivor lainnya pula, keluarga Sadako perlahan tapi pasti berhasil membangun kembali kehidupan mereka yang sempat porak poranda. Sadako pun tumbuh normal seperti cewek-cewek seusianya. Fisiknya sehat-sehat saja, bahkan waktu SD dia sempat jadi atlet lari estafet andalan sekolahnya.
Menginjak usia 12 tahun, tiba-tiba kesehatan Sadako menurun drastis. Diawali gejala seperti flu, di lehernya kemudian timbul pembengkakan. Sebelumnya, di bagian kaki dan belakang telinga Sadako muncul bintik seperti ruam berwarna ungu. Lewat serangkaian pemeriksaan intensif, dokter menyimpulkan kalau Sadako juga mengidap leukemia tingkat akut. Sel darah putihnya tumbuh cepat dan "memakan" sel darah merahnya secara agresif. Semua itu, kata dokter, dipicu oleh radiasi yang menerpa Sadako saat pemboman terjadi.
Karena saat itu pengobatan leukemia belum secanggih sekarang, dokter pun angkat tangan. Usia Sadako ditaksir oleh dokter nggak akan lebih dari satu tahun lagi. Dan dia terpaksa menghabiskan sisa hidupnya itu dalam perawatan dan pengawasan penuh dari dokter di rumah sakit.
Sedih? Tentu saja. Siapa yang nggak bakalan sedih mendengar kabar seperti itu? Toh, Sadako tetap menyimpan harapan besar untuk hidup.
Kisah Sadako ini kemudian menginspirasi banyak orang. Terlebih saat kemudian fakta bermunculan bahwa lebih banyak lagi anak di Hiroshima seusianya yang juga mengalami hal yang sama. Karena Sadako adalah kasus pertama yang terungkap, namanya lah yang kemudian diabadikan sebagai pengingat betapa sadis dan merusaknya perang. Terutama yang melibatkan senjata pemusnah massal setara bom atom atau, kini, nuklir.
Sebagai penghargaan, oleh otoritas Jepang, Hiroshima khususnya, kisah Sadako ini dibuatkan panel khusus di Museum Bom Atom Hiroshima. Salah satu tempat bersejarah yang sempat HAI kunjungi saat melancong ke Jepang memenuhi undangan PT Mazda Indonesia, pertengahan Agustus lalu. Sosok Sadako pun dibuatkan patung bersama origami burung-burung kertas yang identik dengan dirinya.