Beberapa orang masih percaya dengan ramalan takdir masa depan. Begitu pun Emmet Brickowoski (Chris Pratt), meski ia hanya salah satu tokoh mainan LEGO_ya LEGO, tetapi bisa bergerak dan hidup. Emmet berperan sebagai kuli bangunan yang biasa-biasa saja sebenarnya, tetapi ia selalu terlihat ceria dan pintar bersosialiasi_itu karena membaca buku panduan dari sang pemimpin kota alias Lord Business (Will Ferrell). Emmet pun jadi selalu percaya pada tuntunan buku dan aturan-aturan di dunia LEGO tersebut.
Tapi ternyata, pada suatu hari, Emmet disangka sebagai Orang Spesial yang menurut ramalan Vitruvius (Morgan Freeman), ialah satu-satunya makhluk berwajah kuning yang bisa menyelamatkan dunia LEGO dari serangan Kragle. Emmet pun menghadapi petualangannya sebagai "hero" yang diketemukan.
Nah, dalam upaya penyelamatan dunia LEGO dari rencana jahat Bos Besar itu, Emmet dipertemukan dengan Lucy alias Wyldstyle (Elizabeth Banks). Dia bukan seorang DJ, tetapi Wyldstyle, sang penemu orang spesial, yang sudah seperti Angelina Jolie ketika menemukan James McAvoy dalam film Wanted atau seperti Kevin Costner merekrut Chris Pine jadi agen CIA dalam film Jack Ryan : shadow Recruit. Eniwei, Wyldstyle memandu Emmet jadi jagoan.
Uniknya, Emmet nggak sendirian, ia justru dibantu tokoh-tokoh hero yang sudah dikenal di dunia layar lebar. Sebut saja Batman (Will Arnett), Superman (Channing Tatum), Wonder Woman (Cobie Smulders), Green Lantern (Jonah Hill), bahkan Gandalf (Todd Hansen) dari Lord of The Rings, juga Michaleangelo dari film Teenage Mutant Ninja Turtles tiba-tiba muncul meramaikan dunia LEGO dalam film berdurasi 100 menitan itu.
Ini membuat imajinasi penonton melayang kemana-mana. Sebagai film fiksi feature komedi memang asik bertualang bersama Emmet di dunia LEGO. Dialog mereka seru, adegan parodi dari beberapa film layar lebar juha muncul sepintas dan membuat kita berseru "epic!". Kalau saja penonton sudah mempunyai referensi tentang tokoh-tokoh tersebut, mungkin penonton bakalan lebih banyak tertawa.
Tapi bagi yang kurang referensi film, mungkin adegan Indian Jones, Harry Potter, Star Wars atau Superman, momen-momen parodi bakal lewat begitu saja. Meski demikian, menonton The Lego Movie, kita bakalan tahu kalau ternyata dalam kekakuan benda LEGO kita tetap bisa tertawa, bermain dan berimajinasi.
Pesan ini yang mungkin ingin dipertahankan sang pembuat film. Apalagi jika alur cerita film diresapi sampai saat adegan penyadaran bahwa yang kita saksikan itu adalah imajinasi manusia. Jelas, tetap saja film ini menghibur tetapi sekaligus menyadarkan. Terutama, bagi orang-orang dewasa pecinta LEGO, film ini menyentil mereka untuk mengembalikan permainan LEGO ke tujuan asalnya, yaitu permainan kreatif dan imajinatif. Maka jangan halang-halangi pemain LEGO dengan bentuk kekakuan, sebab dunia LEGO akan hancur bila kreativitas dipaku, dilem atau dibuat kaku.
Jika itu terjadi, kalian adalah bagian dari bos besar yang jahat. Maka, jangan ubah takdir LEGO!