"To see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, draw closers, to find each other, and to feel. That's the purpose of life."_Walter Mitty.
Kebiasaan orang luar_dan sebagian kita, adalah merencanakan tujuan hidup saat usia dewasa. Bermimpi, berkhayal tinggi-tinggi dalam waktu yang lama, sampai-sampai kita lupa kapan seharusnya kita mulai keluar dan mengejar impian-impian kita.
"Aku mau keliling dunia kalau sudah mapan, kalau sudah bekerja dan punya gaji bulanan, atau pas sudah menikah. Oh tidak, pas sudah tua saja waktunya kan sudah lebih luang, biar kayak orang-orang barat, tua dan cuma jalan-jalan," begitu mungkin khayalan kebanyakan orang.
Sama halnya dengan Walter Mitty, atau bahkan Mitty sekali pun nggak kepikiran untuk pergi berjalan-jalan di usia lanjutnya. Ia betah di comfort area-nya. Padahal, sebagai karyawan di kantor majalah LIFE, lebih dari 16 tahun seorang Mitty berkutat dengan foto-foto keren yang menggambarkan alam bebas dan sisi kehidupan manusia dari belahan bumi lainnya.
Tapi sayang, Mitty nggak pernah sekali pun jalan-jalan keluar kota, bahkan sekadar mencari angin dan menjauhi ruang kerjanya sebentar, nampaknya susah. Makanya, ia pun jadi seorang pengkhayal (pelamun) tingkat tinggi.
Pada satu sisi, seru juga, sih bisa menyaksikan visualisasi dari khayalan Mitty_kita seperti melihat film aksi yang modern dan canggih, tapi di satu sisi lain kalau dihadapkan pada khayalan yang terlalu kronis begitu, pastinya itu bakal membahayakan kita, apalagi jika sering-sering melakukannya.
Nah, sampai pada satu titik, seorang sahabat Mitty, Sean O'Connell (Sean Penn), seorang fotografer andal majalah LIFE, mengingatkannya pada tujuan hidup sebenarnya. Petualangan Mitty pun dimulai, yaitu ketika ia mendapat kiriman negatif foto untuk edisi terakhir dari majalah tersebut.
Sialnya negatif foto ke-25 itu hilang. Padahal foto itu yang nantinya bakal menjadi kover dari majalah LIFE edisi terakhir. Maka, sebagai penanggung jawab foto (negative assets manager) ia harus bertanggung jawab. Kalau tidak, ia bakal dipecat.
Mitty pun gusar menghadapi masalahnya. Meski canggung bergerak, Mitty akhirnya terpaksa harus berpikir bagaimana caranya menemukan foto tersebut. Dalam kondisi terdesak, Mitty pun sedikit demi sedikit mulai berubah, ia harus berani mengambil risiko, harus melangkah, keluar dari zona nyamannya, dan yang pasti harus berpikir di luar batas, bahkan out of the box, sehingga bagaimana pun caranya foto itu kembali ada.
Bagian itulah yang (paling) membuka mata penonton untuk bisa kembali mengingat siapa sebenarnya diri Mitty_dan mungkin kita. Soal apa tujuan hidup dan mau kemana kita? Yang paling penting, kita tahu momen kapan harus berani mengambil risiko, kapan harus pasrah dan bangkit lagi, atau kapan juga seharusnya kita bersyukur dan menikmati hidup kita?
Petualangan Mitty bisa jadi salah satu contohnya. Alih-alih mencari foto utama untuk kover majalah, sebenarnya ia mencari/menemukan dirinya.
Jadi, sebelum menjadi pegawai kantoran _yang membosankan, atau sebelum menginjak usia 41 tahun, nggak ada salahnya kita menonton film yang diangkat dari cerita pendek berjudul "The Secret Life of Walter Mitty". Yap, film ini memberi pencerahan berharga. Selain bisa merasakan setiap khayalan Mitty, kenapa tidak, kita mulai memastikan mimpi-mimpi kita sehingga menjadi nyata.
Stop dreaming, start living!