Icuk Sugiarto Generation For Indonesia Badminton

Kamis, 20 Februari 2014 | 08:23
Rian Sidik (old)

Icuk Sugiarto Generation For Indonesia Badminton

Sang papa, Icuk Sugiarto, merupakan mantan pebulutangkis andal Indonesia yang menyabet gelar Juara Dunia 1983. Sementara sang kakak, Tommy Sugiarto, kini menjadi tunggal putra terbaik Indonesia dan menduduki peringkat tiga dunia dan peraih gelar Singapore Open Super Series 2013.

Jauza kini tengah berlaga di ajang Asia Junior Championships 2014 di nomor ganda putri bersama Apriani Rahayu. Keduanya sukses melewati babak kedua dengan mengalahkan Eleanor Christine Inlayo/Jessie Fransisco dari Filipina dengan skor 21-14, 21-12.

Berikut petikan wawancara Jauza bersama Badmintonindonesia.org di sela kiprahnya pada ajang Asia Junior Championships 2014 di Taipei.

Bagaimana cerita Jauza terjun di bulutangkis?

Awalnya saya melihat papa dan Mas Tommy, sepertinya enak juga jadi pebulutangkis. Ikut mereka latihan, lama-lama suka melihat raket dan jadi tertarik sama bulutangkis.

Berada di bawah nama besar papa dan Mas Tommy, apa Jauza merasa terbebani?

Awalnya memang terbebani dengan nama besar mereka. Tetapi lama-lama saya jadi berpikir, buat apa dibawa beban. Diambil positifnya saja, saya jadi tertantang untuk bisa seperti papa, bahkan kalau bisa melebihi prestasi papa dan Mas Tommy.

Sering diskusi soal bulutangkis sama papa dan Mas Tommy?

Papa dan Mas Tommy sering kasih arahan saat bermain bulutangkis suka diajak latihan bersama juga. Tetapi saya lebih pilih latihan bareng Mas Tommy, kalau sama papa latihannya berat banget. Papa sering bilang kalau ini buat kebaikan saya sendiri, tidak ada ruginya latihan keras. Berat sih, tapi ya mau ngelawan juga gimana, papa kan juara dunia. Saya nggak berani ngomong sama papa kalau sudah urusan bulutangkis.

Saya suka tegang kalau tanding ditonton papa, kadang takut juga. Soalnya papa kalau liat anaknya di lapangan harus selalu siap dan papa nggak suka ngeliat anaknya lelet. Saya pernah dimarahin papa, katanya kalau di lapangan nggak boleh klemer-klemer, nggak boleh santai-santai.

Sedekat apa Jauza dengan Mas Tommy?

Saya sama Mas Tommy itu seperti Tom and Jerry. Kami sering berantem juga kalau ketemu. Paling sering berantem sih karen rebutan makanan, sama-sama nggak mau ngalah, ha ha ha. Tetapi biasanya habis berantem saya suka nangis dan akhirnya disuruh baikan sama mama, Mas Tommy diminta ngalah, soalnya saya yang lebih muda, he he he.

Suka curhat sama Mas Tommy?

Jarang banget curhat sama Mas Tommy, mungkin karena usianya berbeda jauh, 11 tahun. Jadi kalau Mas Tommy curhat ke saya, paling saya dianggap anak kecil. Kalau saya curhat ke Mas Tommy, kayaknya dia ketuaan. Kami juga sama-sama gengsian, nggak pernah bilang kangen, nanti saya pasti dibilang 'alay'.

Tapi Mas Tommy cukup perhatian juga, dia sering kasih masukan soal bulutangkis. Kami juga suka menonton pertandingan masing-masing. Kalau Mas Tommy menang, saya suka kasih selamat lewat pesan singkat.

Soal pertandingan di babak kedua di AJC, sepertinya Jauza menang cukup mudah?

Pertandingan tadi kami manfaatkan untuk pemanasan saja, soalnya kan selama di turnamen ini kami jarang berpasangan. Lawan juga kelasnya masih di bawah kami, jadi kami bisa mengatasi mereka dan skornya jauh. Ini juga pertandingan pertama di AJC perseorangan, jadi kami mau penyesuaian lapangan dulu.

Apa target Jauza ke depannya?

Dalam beberapa tahun ke depan, saya berharap bisa lebih berprestasi lagi. Kalau bisa ya masuk pelatnas. Siapa sih yang tidak mau masuk pelatnas? Saat ini saya bermain di nomor tunggal dan ganda putri, tetapi sebetulnya saya lebih suka di tunggal putri.

Editor : Rian Sidik (old)