Ngebir Itu Bebas.....Kalau Lo Orang Kutub!

Selasa, 06 Mei 2014 | 13:30
Rian Sidik (old)

Ngebir Itu Bebas Kalau Lo Orang Kutub

Pemberitaan mengenai tiga partygoers yang tewas di sebuah festival musik elektronik di Jakarta, beberapa waktu yang lalu menyadarkan banyak pecandu alcohol. Lantaran, mereka meregang usai berpesta Vodka di arena konser.

Pergaulan bebas yang bukan hal yang aneh lagi buat remaja-remaja masa kini. Akibatnya, nggak ada kontrol dari diri sendiri dan orang lain, yang sekaligus menyebabkan penyalahgunaan alcohol makin meluas saja.

Pada awalnya, minuman beralkohol di konsumsi orang-orang di Eropa dengan tujuan untuk menghangatkan tubuh. Dengan kadar etanol berkisar antara 4%-6% untuk bir dan 9%-16% untuk anggur, gempuran suhu udara rendah bisa dihalau.

Namun seiring dengan kemajuan zaman, teknologi dan budaya, minuman sarat akan bahaya ini mulai dikonsumsi bebas. Apalagi, berkembangnya usaha-usaha bir rumahan menambah panjang daftar penyalahgunaan minuman beralkohol.

Catatan lainnya adalah pecandu alkohol cenderung memiliki tekanan darah yang relatif lebih tinggi dibandingkan non-peminum (abstainer), demikian pula mereka lebih berisiko mengalami stroke dan serangan jantung.

Bahkan Peminum kronis (menahun) dapat pula mengalami berbagai gangguan syaraf mulai dari dementia (gangguan kecerdasan), bingung, kesulitan berjalan dan kehilangan memori. Diduga konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menimbulkan defisiensi thiamin - komponen vitamin B-komplek berbentuk kristal yang esensial bagi berfungsinya sistem syaraf.

Jadi, sudah sewajarnya jika konsumsi alkohol yang berlebihan harus dihindari mengingat berbagai bukti tentang efek buruk alkohol terhadap kesehatan telah banyak terkuak.

Editor : Rian Sidik (old)