Aroma kopi, pengunjung berpakaian necis, dan turis membaur menjadi satu dalam lorong pasar tradisional modern. Harumnya kopi tercium saat menyusuri lorong koridor lantai satu Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Wangi itu berasal dari lima kedai kopi yang berada di sudut pasar.
Sabtu lalu, puluhan pengunjung memadati kedai kopi tersebut. Mereka berkerumun memadati lorong pasar yang sempit dan tidak terlalu terang. Mereka bukan hanya dari kalangan remaja, melainkan juga eksekutif muda, keluarga, dan turis asing.
Tanpa rasa risi mereka menikmati harumnya kopi di tumpukan kotak kerat dan bangku besi yang ada di pinggir lorong. Beberapa di antara mereka menyeruput kopi sambil bersandar di dinding, membaca buku, memainkan laptop, bahkan berfoto selfie. Dengung suara obrolan, tawa, dan alunan musik jazz bercampur rock alternatif terdengar di penjuru koridor pasar. "Saya sudah dua kali ke sini. Sengaja untuk cari suasana nongkrong yang beda daripada di mal melulu," kata Gina (30), salah satu pengunjung.
Berlatih barista
Pasar Santa sebelumnya tak pernah seramai itu. Selama tujuh tahun sejak diremajakan pada 2007, pasar itu mati suri. Banyak kios yang ditinggalkan penyewanya karena rugi.
Namun, sejak Agustus lalu, dua sahabat, yakni Hendri Kurniawan dan Ve Handojo, menyulap kawasan itu menjadi tempat hangout yang unik. Kawasan itu kini menjadi salah satu ikon tempat nongkrong yang asyik di wilayah Jakarta Selatan.
"Awalnya, kios kami sewa untuk tempat berlatih barista. Namun, untuk menghabiskan biji kopi yang kami punya, dibukalah A Bunch of Caffeine Dealers (ABCD) Coffee," kata Ve.
Dari mulut ke mulut dan dibantu kekuatan media sosial, kabar seputar kafe baru di Pasar Santa menyebar. Teman-teman Hendrik dan Ve dari komunitas kopi tertarik juga mendirikan kafe.
Belakangan, lapak lain, seperti barbershop, distro, dan warung makan khas Meksiko, turut meramaikan Pasar Santa.