Ibarat puncak gunung es, kisah prostitusi online di kalangan pelajar masih banyak yang belum terkuak. Meski satu dua kali ketahuan, tetap saja ada seragam di balik transaksi kehormatan.
Yap, sejak kegiatan prostitusi di internet macam media sosial, forum dan berbagai layanan pesan singkat marak pada 7-8 tahun belakangan, kita seperti sedang menunggu bom waktu.
Polisi, sekarang lagi giat-giatnya mengembangkan setiap kasus penangkapan dan penggerebekan ke arah sindikasi prostitusi profesional dan perdagangan manusia. Media massa pun dengan rutin menyiarkannya.
Di sanalah muncul fakta bahwa, para penjaja sex itu banyak yang masih di bawah umur. Bahkan ada yang masih duduk di bangku sekolah.
Salah satu yang santer adalah kasus terbongkarnya sindikat penjualan siswi SMP lewat Facebook di Kemayoran, Jakarta pada tahun 2011. Dan akhirnya bom itu meledak.
Bermula dari kasus terbongkarnya praktek prostitusi yang dijalankan di kompleks apartemen Kalibata City, Kalibata, Jakarta Selatan, polisi mengamankan para cewek - yang biasa disebutAngles- dan beberapa mucikarinya.
Tiga dari anggotaAnglesini masih berusia 14, 16 dan 17 tahun. Malah, beberapa di antara mereka ada yang melakukannya karena sengaja, bukan karena tekanan ekonomi, meski mereka rata-rata memang dari keluarga miskin.
Kita jadi mikir, fenomena ini seperti gunung es. Yang terlihat di permukaan sebenernya cuma sebagian kecilnya aja. Yang kebetulan lagi tercium polisi.
Kebetulan, modusnya ketauan juga. Apalagi pakai ada acara promo lewat sosial media keik Twitter dan Facebook yang sepertinya sudah menjadi standar mereka. Keruan, puluhan bahkan ratusan akun media sosial saat ini sedang ikut dalam pengawasan polisi karena dicurigai melakukan aktivitas prostitusi.
HAI coba menelusuri "petualangan" mereka yang berseragam namun piawai bertransaksi di bisnis prostitusi online.Klik di siniuntuk mengetahui kisah pengalaman mereka!