Ngebayangin bisa nulis nama kita di tempat-tempat yang dilewatin banyak orang, bisa di tembok, di lantai, di mana pun yang kita mau pasti seru banget. Kayak yang dilakuin sama L'Atlas, seniman graffiti asal Perancis ini.
Sebagai seorang urban artist, cowok 34 tahun ini mengukir namanya dengan cita rasa tinggi. Sehingga, karyanya jauh dari kategori vandal. Yup! chaos emang bukan gaya L'Atlas.
Cowok yang sudah sering bolos sekolah demi melihat orang-orang membuat graffiti di usianya yang baru 13 tahun ini sangat suka keteraturan. Dan itu terlihat dari karya-karyanya yang terhampar di seluruh penjuru bumi.
"Gaya saya adalah paduan kaligrafi Kuffi dengan tulisan latin. Keduanya digabungkan dengan sedemikian rupa, sehingga menjadi satu kesatuan yang khas dan menjadi karakter saya," tutur cowok yang sempat membuat grafitti di Yogyakarta ini.
Kaligrafi dipelajari L'Atlas secara mendalam saat dia memutuskan kabur ke Maroko, Mesir dan Suriah waktu berusia 20 tahun. Bermodalkan cat curian dua ia bisa menghasikan karya di tembok-tembok negri itu.
Meski karyanya rapih dan teratur, L'atlas ternyata sering ditangkap karena melakukan vandalisme.
"Sering sekali saya gagal membuat karya karena dihalang-halangi atau ditangkap saat lagi asik berekspresi. Namun saya nggak kurang akal, selalu ada cara untuk memulai dan menyelesaikan karya," ungkap cowok yang juga pernah "meninggalkan jejak" di Jepang dan China.
Mau tahu apa resepnya? "Saya sering menyamar jadi pekerja proyek. Memakai seragam, dan semua orang maklum dengan apa yang saya kerjakan," ujarnya.
Konsistensi membuat dirinya dikenal dan di pandang di dunia seni. L'Atlas kerap dipercaya membuat karya seni di beberapa lokasi penting di penjuru bumi. Namun di sela-sela kesibukannya, dia tetap menyempatkan diri menjadi seniman urban. Melukis tutup lubang gorong-gorong, mencorat-coret tembok, menghiasi keduanya dengan kaligrafi namanya.