Semasa remaja, ia dan teman-temannya sering membuat graffiti di jalanan Koreatown, Los Angeles, Amerika Serikat. Beranjak dewasa, Choe mulai mencoba media baru. Komik grafik menjadi pilihannya. Komik Slow Jams yang dibuat hanya 200 kopi, ia bagikan gratis di Comic Con pada tahun 1998 dengan harapan akan ada publisher yang menerbitkan karyanya. Ternyata hasilnya di luar dugaan, selain berhasil menggaet Xeric Grant, publisher komik besar di Amerika Serikat, karyanya ini menjadi komik yang banyak dibicarakan oleh kalangan pecinta komik. Bahkan, sampai satu dekade kemudian, Slow Jams menjadi komik yang cukup dicari dan merupakan barang langka yang wajib dikoleksi.
Slow Jams jadi batu loncatan Choe, lewat detail dan gambar-gambarnya menarik perhatian banyak orang untuk memanfaatkan jasanya sebagai seniman. Mulai dari artwork cover Jay-Z dan Linkin Park di album Collision Course, set dekorasi dalam film Juno (2007) dan The Glass House (2011).
Akhirnya pada tahun 2005, Choe memasuki masa keemasan karirnya. Sean Parker salah satu penggemar beratnya meminta Choe untuk mendekor kantor Facebook di Sillicon Valley dengan mural dan grafitinya. Meski bisa mendapatkan uang ribuan dollar dari pekerjaannya ini, tapi ia memilih untuk dibayar dengan saham Facebook. Tujuh tahun kemudian, tepatnya tahun 2012, saat Facebook mengumumkan untuk go public, ia mendapatkan uang sebanyak 200 juta dollar dari saham yang ia punya. Angka ini menjadikan Choe sebagai seniman modern dengan bayaran paling besar di seluruh dunia.
Selain karyanya di kantor Faceboo, karya beken dari Choe lainnya adalah gambar mural dari Barrack Obama di tahun 2008. Karikatur Presiden Amerika Serikat ini digunakan sebagai wajah dari kampanye Barack Obama di Pemilu Amerika Serikat di tahun 2008. Karyanya ini sampai sekarang masih dipajang di Gedung Putih.
"Semua kejadian yang terjadi selama hidup saya mempengaruhi nilai seni yang ada dalam diri saya. Karena saya kidal, jadi gambar saya selalu kotor karena telapak tangan saya selalu menyentuh gambar. Jadi sangat sulit untuk bisa membuat gambar yang bersih," jelas Choe mengenai gambarnya.
Selain sudah merilis komik dan pameran di beberapa galeri ternama di dunia, Choe pun telah merilis buku yang berjudul David Choe, Chronicle Books (2010) dan dokumenter perjalanan karir Choe semasa remaja, Dirty Hands: The Art and Crimes of David Choe (2008) yang digarap oleh sahabat dekatnya.