Momo tampak tergesa sambil berlari kecil di sebuah lorong GOR UNY Yogyakarta. Di belakangnya, seorang crew acara nampak kewalahan mengikuti langkah sang frontman, yang tetap gesit, sekalipun keringat dan raut kelelahan jelas terlihat dari wajahnya.
Tiga ribu pasang mata dan telinga (serta mulut yang nggak henti-hentinya berkaraoke massal) yang hadir di venue konser itu adalah alasan utama Momo untuk nggak mau membuang waktu. Sehingga ketika selesai menyelesaikan set akustik di balkon atas GOR UNY, dia dan ke-4 awak Captain Jack lainnya, Zuhdil (gitar), Novan (bas/vokal), Surya Ismeth (keyboard/vokal), dan Andi Babon (drum) merasa perlu buat buru-buru kembali ke panggung utama.
Ini terjadi Sabtu (20/12) lalu. Ketika untuk pertama kalinya dalam karir mereka, kuintet asal Yogya ini menggelar konser tunggal. Sebagai penanda 15 tahun eksistensi mereka yang unik di belantara musik Indonesia. Ya. Dibilang unik karena selama lebih satu dekade berkarya, popularitas mereka nggak pernah benar-benar meledak di kancah nasional. Bukannya nggak pernah ditawari dan mencicipi sendiri bergerak di jalur mainstream, yang artinya punya kans menasional, tapi mereka memilih untuk kembali dan berkarya di Yogya. Sampai sekarang. Apa yang ada di balik mereka untuk tetap di jalur indi? Klik di sini!