Untuk itulah Dede Yusuf menyarankan pemerintah untuk perlu melakukan penggabungan atau merger perguruan tinggi swasta dan negeri.
Kendati demikian, ide penggabungan itu menurutnya masih ditemukan masalah baru.Saat ini, banyak kampus swasta di Indonesia yang mengalami kondisinya kesulitan dalam operasional.
Cuma sekitar 10 persen atau 3 ratusan kampus dari PTSyang beroperasi dengan baik.
Selebihnya, 90 persen justru mengalami persoalan yang serius dalam menjalankan kegiatan tri dharma perguruan tinggi.
Belum lagi, masalah yang dihadapi PTS yakni pertama, kesenjangan antara PTS dan perguruan tinggi negeri (PTN).
Dikotomi PTS dan PTN yang muncul terlihat dari pola belanja negara, khususnya di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Pembinaan atau bantuan bagi PTS kurang dari enam persen dari anggaran. Sementara itu, PTN menerima lebih kurang 94 persen dari total anggaran.
"Dikotomi ini seharusnya tidak terjadi mengingat PTN dan PTS memiliki tanggung jawab yang sama dalam meningkatkan partisipasi pendidikan tinggi," kata Dede dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Perguruan Tinggi Komisi X DPR RI dengan Prof. Thomas Suyatno, Prof. Dedi Mulyasana, Prof. Purbayanto, dan Prof.Erman Anom di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (19/9/2022).
Masalah kedua yang disorot Dede Yusuf juga adalah kualitas pendidikan. Menurutnya, tantangan yang harus dihadapi PTS adalah proses pendidikan terjamin dengan manajemen mutu yang baik.
Terlebih, saat ini PTS mendidik sebanyak 72 persen mahasiswa Indonesia sehingga perhatian pada kualitas perlu ditingkatkan.
"Upaya-upaya PTS untuk meningkatkan sarana dan prasarana, mutu dosen, mutu lulusan harus dapat didukung pemerintah," ungkapnya.
Ia juga menyebutkan, kondisi dosen yang merupakan tulang punggung pendidikan masih banyak yang memprihatinkan.
Baca Juga: Gokil! Video Kelulusan Mahasiswa ISI Yogyakarta Viral Jadi Seremoni Wisuda Tergokil di Indonesia!
Sekitar 49 persen dosen masih berpendidikan Strata 1 dan hampir setengah dosen berstatus tidak tetap atau berinduk lebih dari dua organisasi.
Dede menilai hal itu menyebabkan pekerjaan dosen menjadi tidak optimal sehingga perlu peningkatan kompetensi dan kesejahteraan.
Adapun terkait masalah relevansi pendidikan, Dede menilai dunia industri kini membutuhkan banyak sarjana berbasis teknik untuk diterjunkan ke industri manufaktur.
Namun, perguruan tinggi justru banyak menawarkan pendidikan berbasis sosial.
Terakhir, mengenai kompetensi perguruan tinggi, menurut Dede, hal yang paling utama adalah bagaimana mendorong agar PTS dapat mengembangkan diri menjadi universitas riset yang mampu menghasilkan jurnal paten dan hak kekayaan intelektual (HAKI).
"Masalahnya risetnya kemudian dipakai atau tidak oleh dunia usaha dan dunia industri, atau hanya sekadar istilahnya simbol-simbol," pungkas Dede. (*)