HAI-Online.com - Delapan siswa Indonesia berhasil bawa pulang 14 medali dalam Olimpiade internasional Earth Science (IESO) 2022 ke-15 yang digelar daring di Aosta, Italia pada 25 - 31 Agustus 2022 lalu.
Melansir Kompas.com, total 14 medali tersebut berasal dari semua kategori lomba. IESO 2022 sendiri diikuti 204 pelajar dari 40 negara.
Para siswa yang mewakili Indonesia merupakan siswa-siswi terbaik hasil seleksi ajang talenta Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Ilmu Kebumian pada 2021.
Baca Juga: Jadilah yang Pertama, Raih Beasiswa Nusantara Kuliah Prodi Manajemen Bencana UBL x Basarnas
Mereka tergabung dalam Tim Olimpiade Ilmu Kebumian Indonesia (TOIKI).
Berikut daftar 8 nama siswa yang berhasil meraih dua emas, empat perak, dan delapan perunggu:
- Alvin Dermawan dari SMAN 1 Probolinggo
- Fahreza Nurhidayat dari SMAS Al-Azhar Mandiri Palu
- Gevin Kurniawan dari SMAN Plus Provinsi Riau
- Muhammad Wildan Tamami dari SMAN 1 Ponorogo
- Revanda Ghassan Randityo dari SMAN 1 Tambun Selatan
- Sheren Ardeline Tantrian dari SMAK Immanuel Pontianak
- Yoga Sanjaya dari SMAN 3 Surakarta
- Wafi Haidi dari MAN Insan Cendekia Serpong
Baca Juga: Aktor Peaky Blinders, Tom Hardy Berhasil Dapat Dua Medali Emas di Turnamen Amal Jiu-Jitsu
Ilmunya meliputi pengetahuan terkait geosfer (geologi dan geofisika), hidrosfer (hidrologi dan oseanografi), atmosfer (meteorologi dan klimatologi) dan astronomi (sains keplanetan).
Kegiatan ini di bawah naungan International GeoScience Education Organization (IGEO).
IEGO merupakan organisasi internasional dengan anggota para pendidik/organisasi/institusi pendidikan ilmu kebumian di seluruh dunia baik untuk tingkat pra perguruan tinggi maupun perguruan tinggi.
Empat kategori lomba
IESO 2022 memiliki empat kategori lomba seperti Data Mining Test (DMT) dan Earth Learning Students’ Idea (ElSI), National Team Field Investigation (NTFI) dan Earth Science Project (ESP).
FYI, Earth Learning Students’ Idea (ElSI) merupakan lomba perorangan, sedangkan Earth Science Project (ESP) lomba beregu.
Data Mining Test (DMT) yakni uji kemampuan siswa menelusuri data teori dan lapangan dalam referensi yang diberikan, mengolahnya, dan menarik kesimpulan.
Tes ini lebih menekankan penalaran siswa dalam mempraktikkan pemahaman teoretis dalam ilmu kebumian untuk kasus tertentu.
Terdapat 4 kasus yang diangkat pada tes ini adalah The Alpine Orogeny from Alps to Himalaya: Similarities and differences; Climate change; Asteroids: Space rocks that orbit the Sun; dan Volcanoes and Earthquakes: Science and history.
Secara rinci, perolehan medali dalam kategori individu Data Mining Test (DMT) diraih Revanda Ghassan Randityo meraih medali emas; Fahreza Nurhidayat meraih medali perak; dan Muhammad Wildan Tamami, Sheren Ardeline Tantrian, Wafi Haidi, dan Alvin Dermawa masing-masing meraih medali perunggu.
Penghargaan honorable mention juga diraih Gevin Kurniawan dan Yoga Sanjaya dalam kategori ini.
Kategori lomba individual berikutnya yaitu Earch Learning Students’ Idea (ELSI), para peserta diminta membuat video atau reel untuk menjelaskan mengenai berbagai fenomena di ilmu kebumian.
Dengan judul “Angle of Repose”, Sheren Ardeline berhasil memperoleh medali emas.
Selain itu, video berjudul “Prediction of The Sun Diameter” juga berhasil menghantarkan Wafi Haidi memperoleh medali perunggu.
Sementara pada kategori kelompok lomba National Team Field Investigation, tim Indonesia yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing berhasil memperoleh 1 (satu) medali perak.
Mereka memperoleh medali ini setelah berhasil mengajukan penelitian yang luar biasa.
Baca Juga: Universitas Jember dan 23 PTS Gelar SBMPTBR 2022, Simak Jadwal Seleksinya!
Tim pertama Indonesia terdiri dari Gevin Kurniawan, Sheren Ardeline Tantrian, Wafi Haidi, dan Muhammad Wildan Tamami mengajukan judul penelitian: The Effects of Annular Solar Eclipse on Tidal Heights in Pemangkat Coast, West Kalimantan, Indonesia.
Lalu, tim kedua Indonesia yang terdiri dari Fahreza Nurhidayat, Alvin Dermawan, Yoga Sanjaya, dan Revanda Ghassan Randityo mengajukan judul Provenance of Sediments in the Opak River, Yogyakarta, Indonesia.
Berikutnya, untuk kategori kelompok berikutnya yaitu Earth System Project (ESP), siswa dibagi menjadi kelompok internasional.
Setiap kelompok harus berdiskusi untuk menjelaskan dan memberikan solusi dari topik atau kasus tertentu yang diberikan oleh dewan juri.
Kemudian, hasil riset tersebut diwujudkan dalam sebuah poster yang kemudian dipamerkan dan dinilai oleh para juri.
Topik-topik tersebut adalah isu-isu yang aktual saat ini, misalnya hubungan antara pemanasan global dengan sistem bumi dan kehidupan manusia (migrasi, kekeringan, pandemi) serta hubungan perubahan iklim dengan berbagai bencana alam.
Dalam kategori ini, Revanda Ghassan berhasil meraih medali perak, dan Muhammad Wildan Tamami, Fahreza Nurhidayat dan Wafi Haidi berhasil meraih medali perunggu.
Selain itu, Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbudristek, Hendarman terus mendorong para pemenang untuk tetap meneruskan prestasinya hingga ke tingkat selanjutnya.
“IESO merupakan salah satu contoh dari olimpiade yang menuntut kemampuan komprehensif siswa dalam berpikir kritis analitis, kreativitas menjawab persoalan secara tepat, komunikasi yang prima, dan kerja sama yang dinamis antarpeserta dari seluruh dunia.”
“Ini adalah kemampuan abad ke-21 yang nyata diperlihatkan oleh generasi-generasi berbakat dunia dalam IESO,” pungkas Hendarman dilansir dari laman Pusat Prestasi Nasional. (*)