Adaptasi Buku Jadi Film Sering Ngejatuhin Ekspektasi, Begini Tanggapan Angga Dwimas Sasongko, Shanty Harmayn dan Putri Marino!

Minggu, 04 September 2022 | 10:00
Netflix Indonesia

Waktu Netflix Indonesia suguhkan jajaran film dan serial orisinil terbaru dari Indonesia mencakup beberapa genre

HAI-ONLINE.COM - Sebagai showeunner, Shanty Harmayn dan sutradara Angga Dwimas Sasongko yang menggarap adaptasi buku menjadi film sebagai bagian dari Waktu Netflix Indonesia, mereka ngasih tanggapan mengenai ekspektasi netizen sebagai pembaca dan penonton.

Dalam panel diskusi yang membahas adaptasi buku menjadi film bersama Shanty, Angga, dan juga Putri Marino sebagai aktor dalam serial Gadis Kretek yang menjadi bagian dari Waktu Netflix Indonesia.

Mereka membahas menanggapi komentar netizen yang merasa ekskpektasinya nggak bisa terpenuhi dalam film yang merupakan adaptasi dari buku.

Baca Juga: Rekomendasi 3 Film Seru yang Bakal Tayang di Netflix Bulan September 2022!

"Kalo gue sebenernya wajar sih kayak gitu. Karena gue sebagai aktor juga nempatin diri sebagai orang yang suka baca buku, dan kalo tau buku yang gue baca itu mau di film-kan atau dibikin series pasti deg-degan penasaran 'ini filmnya bakal menuhin ekspektasi dikepala gue saat ngebaca bukunya atau nggak'.

"Jadi sebenernya pikiran kayak gitu wajar banget, dan gue sebagai aktor pun untuk Gadis Kretek ini agak deg-degan," jelas Putri yang memerankan karakter Arum.

Putri ngerasa takut apakah karakter yang dia bawa dalam series itu secara keseluruhan bakal memenuhi ekspektasi para pembaca Gadis Kretek.

Putri juga jelasin, untuk membantu memahami cerita dan karakternya dalam Gadis Kretek itu dia sampai ngebaca bukunya 4 hingga 5 kali.

Baca Juga: Rekomendasi Anime Terbaru yang akan Rilis di Netflix, Romantic Killer!

"Waktu pertama kali ditawarin main itu langsung baca bukunya, trus kebelakangnya 4-5 kali. Karena basic-nya juga aku suka baca buku, jadi ya berulang kali aku baca novelnya, dan itu ngebantu sih," kata Putri.

Bagi Angga sendiri, doi nggak mau overthinking sama pikiran orang lain tentang film yang doi bikin itu.

"Kalo gue bener-bener nikmatin proses crafting-nya sih, proses kreatifnya. Nggak mau overthinking sama pikiran orang lain. Gue punya otoritas sendiri pada medium yang gue punya, dan itu melalui penyamaan chemistry dengan penulisnya, harus ada voice yang sama.

"Yang gue percaya: kalo kita berhasil mendeliver soul-nya ke penonton, penonton pasti bakal nerima kok," jelas Angga sebagai sutradara dari Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti.

Begitu juga dengan Shanty yang setuju dengan hal itu. "Yang paling penting itu rohnya!," kata Shanty.

(*)

Tag

Editor : Al Sobry