Sedikit yang Tahu, 3 Kisah Tragis Hidup Sia di Balik Kesuksesannya

Jumat, 05 Agustus 2022 | 12:00
TheTimes

Sia

HAI-ONLINE.COM - Terlahir sebagai Sia Kate Isobelle Furler, saat ini dunia hanya mengenalnya sebagai Sia.

Penyanyi Australia yang terkenal karena berusaha untuk nggak terkenal ini sebenernya punya beberapa kisah tragis di balik hidupnya dengan karir yang sukses saat ini.

Dikutip melalui Time Magazine, Sia udah menulis sekitar 73 lagu untuk artis lain, termasuk 'Diamonds' milik Rihanna, 'Perfume' milik Britney Spears, dan 'Pretty Hurts' milik Beyonce. Sia juga punya karir bertingkat dengan beberapa album solonya.

Fakta kalo dia produktif banget, ternyata menurut NPR, album keenamnya yang bersertifikat platinum 'This Is Acting' terdiri dari lagu-lagu yang ditolak dari artis papan atas kayak Adele.

Sia cukup terkenal dengan wignya yang menutupi wajah dan lagu-lagu pop epik yang menceritakan kisah-kisah yang membangkitkan semangat dalam mengatasi kesulitan kayak 'Chandelier', 'Cheap Thrills' dan 'Unstoppable'.

Kalo dilihat lagi katalognya, lo juga bakal nemuin balada indie nan sedih kayak 'Breathe Me' dan 'I Go to Sleep'.

Baca Juga: Sia Ungkap Sempat Ingin Bunuh Diri Setelah Filmnya 'Music' Dikritik Keras

Sama kayak video musiknya untuk 'Elastic Heart', ada dua Sia yang berbeda banget, dan kayak berperang satu sama lain.

Walau baru berusia 46 tahun, Sia udah menjalani kehidupan yang cukup berliku.

Dari menghadapi kondisi kehilangan, peperangan bersama ayahnya, nih HAI kasih 3 fakta kisah tragis dari Sia.

1. Hubungan yang Bermasalah dengan Ayahnya

Sia dibesarkan di Adelaide, Australia, sebagai anak seniman. Menurut The New York Times, ayahnya, Phil B. "Philby" Colson adalah seorang gitaris blues dan ibunya, Loene Furler seorang guru seni.

Akibatnya, dia selalu dikeliligi oleh seniman dan musisi, termasuk Colin Hay dari Men At Work, yang dia sebut sebagai "Uncle Collie", di mana di lain sisi Sia punya hubungan yang nggak baik dengan ayahnya.

Dalam sebuah wawancara dengan Howard Stern, Sia mengungkapkan kalo ayahnya punya dua kepribadian.

"Satu bernama Phil dan satu lagu bernama Stan. Phil kayak ayah terbaik yang pernah ada. Dia menyenangkan, fasih berbicara, selalu ada dan selalu merasa tertarik.

Saat Stan datang, segalanya menjadi menakutkan," jelas Sia yang kemudian juga menjelaskan kalo sewaktu-waktu ayahnya bakal meminta maaf atas perilaku Stan, yang Sia gambarkan kepada Stern sebagai "kesedihan" dan "mengintimidasi".

Menurut Hay, ayah Sia juga iri dengan karirnya. Dia mengatakan kepada Stern kalo dia pernah menolak tawarannya untuk menyanyikan lagu cadangan di albumnya. Tapi Sia memaafkannya.

Dia mengatakan kepada The New York Times "Dalam ketenangan gue, gue udah menemukan kalo orang yang gue cintai dan menyakiti gue itu juga sakit kayak gue," ujarnya.

2. Kehilangan Cinta Pertamanya Dalam Sebuah Kecelakaan Tragis

Sia bercerita kepada Rolling Stone kalo entertaining adalah cara untuk mendapatkan cinta dan rasa hormat dalam keluarganya.

Jadi, nggak mengherankan ketika di usia 17 dia bergabung dengan band lokal acid jazz Adelaide, Crisp di 1993. Sia bernyanyi di band sampai grup itu bubar di tahun 1997, menurut The Sydney Morning Herald.

Perpisahannya dengan band itu nggak masalah bagi Sia, karena dia punya rencana untuk balikan sama mantan pacarnya yang seorang pelayan Dan Pontifex, di London.

Namun, saat sedang di Thailand satu hari sebelum Sia mau mengunjungi Pontifex, ibunya meneleponnya dengan berita buruk bahwa Pontifex ditabrak taksi dan tewas dalam tabrak lari pada hari ulang tahunnya yang ke-24, menurut The New York Times.

"Kita bakal berpisah tetapi kita bakal kembali bersama dan bepergian," katanya kepada GigWise.

Alih-alih terbang ke London untuk pertemuan yang menyenangkan, Sia malah menghadiri pemakaman sang cinta pertamanya.

Kematian Pontifex merupakan sumber trauma awal bagi Sia yang waktu itu berusia 21 tahun, yang digambarkannya kepada The Adelaide Magazine sebagai "cinta pertama dalam hidupnya".

"Gue kacau banget setelah Dan meninggal. Gue bener-bener nggak bisa ngerasain apa-aoa,"njelasnya kepada The Sunday Times. Album solo keduanya Healing Is Difficult tahun 2001, mengeksplorasi tema kehilangan setelah kematian Pontifex.

3. Kecanduan Alkohol dan Penyalahgunaan Narkoba

Setelah menghadiri pemakaman Dan Pontifex, teman-temannya mengundang Sia untuk tinggal bersama mereka.

Menurut Rolling Stone, Sia akhirnya tinggal di sebuah rumah dengan tiga kamar tidur di London bersama 12 warga Australia lainnya yang berduka.

Saat di Inggris, dia bekerja sebagai bartender, menjadi penyanyi back-up untuk Jamiroquai, memimpin grup electronica Zero 7, dan merilis beberapa album solo.

Selain itu, Sia juga jadi punya kebiasaan buruk dalam penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol.

DailyMails

Sia Furler di masa muda

Tahun demi tahun berlalu, Sia semakin terjerumus ke dalam kecanduan alkohol. Dalam sebuah wawancara denga Louis Theroux, dia mengungkapkan kalo dia kemudian menjadi kecanduan Xanax, Valium, Vicodin, dan OxyContin.

Sia mencari bantuan di tahun 2010, bergabung dengan Alcoholics Anonymous dan menyelesaikan program 12 langkah.

Di 2018, Sia bikin tweet, berisikan sebuah pesan inspirasional kepada para penggemarnya.

"Hari ini delapan tahun sober. I love you, keep going. Kamu bisa melakukannya." (*)

Tag

Editor : Al Sobry