HAI-ONLINE.COM -Beberapa waktu terakhir, kemunculan remaja SCBD (Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok) dengan tren Citayam Fahion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, jadi perhatian banyak orang.
Dengan gaya pakaian yang nyentrik mereka viral sekaligus jadi pusat perhatian di dunia maya.
Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartiko, melihat fenomena ini sebagai fenomena sosial generasi muda untuk menunjukkaneksistensinya.
"Penampilan-penampilan ekspresi anak muda itu, mereka berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang, generasi yang update, yang tidak old fashion, tidak kedaluwarsa atau tradisional. Tapi mereka generasi yang mengikuti zaman. Jadi mereka itu up to date," ujar Drajat kepada Kompas.com, Kamis (14/7).
Hadir daripinggiran Jakarta membuat remaja-remaja ini ingin menunjukkan kalau mereka juga punya 'kelas' sendiri di tengah masyarakat, sob.
Baca Juga: Tolak Beasiswa dari Menparekraf Sandiaga Uno, Roy Citayam: Orang tua Saya Lebih Butuh Bantuan
Bahkan menurut Drajat, keberadaan remaja-remaja ini sebagai pembuktian bahwa mereka bisa nyelesain masalah secara mandiri.
"Menunjukkan bahwa mereka itu mandiri, mereka generasi-generasi sekarang itu cenderung untuk memiliki spirit bahwa saya bisa menyelesaikan masalah sendiri. Ini penting untuk menunjukkan eksistensi mereka di sana, di dalam masyarakatnya," jelas Drajat.
Lebih jauh, menurut Drajat ada 3 hal penting yang menjadi perhatian generasi sekarang untuk menjaga eksistensinya.
"Pertama fashion, kedua food, ketiga adalah fun. Jadi ada arena-arena untuk mereka bisa menampilkan fesyennya, juga bisa menampilkan melalui makanan-makanan yang mereka makan, dan juga kepada hiburan-hiburan yang mereka ikuti," ungkapnya.
Dengan mengandalkan perkembangan teknologi, eksistensi remaja-remaja SCBD ini meraih popularitas yang luas di tengah jagad digital.
Baca Juga: Viral Citayam Fashion Week, Polisi Minta Tongkrongan Bubar Jam 10 Malam
"Mereka (remaja SCBD), walaupun tidak secara nyata bisa seperti itu, tapi mereka harus bisa menampilkan eksistensi dirinya, identitas dirinya, mampu seperti itu. Mampu mapan, mandiri, update, sehingga mereka akan mendapat pengakuan paling tidak dari teman-temannya sendiri, selain juga dari masyarakat yang lain," ungkap dia.
Nggak cuma tentang fashion semata,Drajat menambahkan kalau sebenarnya pakaian yang mereka gunakan mungkin bukan pakaian baru dengan harga mahal. Itu sama sekali nggak jadi masalah.
"Bisa saja fesyen-fesyen yang mereka tampilkan ini bukan yang baru, bukan asli mereka beli, bisa jadi mereka pinjam, beli second, tapi mengekspresikan di dalam media-media sosial itu lebih ditampilkan gaya tampilnya daripada fesyennya itu," katanya lagi.
(Arlingga Hari Nugroho)