HAI-Online.com- Sedikit sekali orang yang mau periksakan kesehatan giginya dengan rutin, bahkan riset menyebutkan orang semakin malas menyikat gigi mereka ketimbang mencuci tangan baru-baru ini.
Padahal, kesehatan gigi dan mulut sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Gigi yang sakit nggak cuma menyebalkan dan mengganggu kehidupan, tetapi juga bisa menurunkan produktivitas dan meningkatkan risiko berbagai penyakit, mulai dari jantung, stroke, hingga diabates.
Sayangnya, kesadaran orang menjaga kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah.
Baca Juga: UNPAR Buka Jalur Khusus Pakai Nilai UTBK 2022, Begini Syaratnya!
Selama pandemi Covid-19 misalnya, khususnya di awal pandemi, perhatian masyarakat terfokus pada upaya menjaga kesehatan fisik dan psikis (mental) guna menghindari infeksi Covid-19 dan dampaknya bagi kesehatan jiwa. Akibatnya, perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut menurun.
Kebiasaan masyarakat menjaga kesehatan gigi dan mulut pundrop, sangat melonggar. Cukup tutup pakai masker, orang pede pergi ke mana saja.
Dikutip HAI dari Kompas berdasarkan Survei Unilever Indonesia Foundation 2021 yang dipublikasikan lewat situs Kementerian Kesehatan, pada Maret tahun lalu, menunjukkan, selama pandemi, masyarakat dua kali lebih sering mencuci tangan (64 persen) dibanding menyikat gigi (31 persen).
Demikian pula penggunaan antiseptik tangan (52 persen) yang mencapai lebih dua kali lipat dibanding penggunaan obat kumur (20 persen).
Kebiasaan baru masyarakat membuat kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari turun karen alasan buat apa sering di rumah aja.
Artinya, sebanyak 2 dari 5 orang dewasa mengaku tidak menyikat gigi sama sekali dalam satu hari karena merasa hanya di rumah saja.
Kebiasaan itu rentan ditiru anak karena anak-anak dari orangtua yang tidak menyikat gigi dua kali sehari berpeluang tujuh kali lebih besar melakukan hal yang sama.
Perilaku buruk ini dipastikan akan meningkatkan gangguan kesehatan gigi dan mulut.
Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan, 93 persen anak usia dini di Indonesia menderita gigi berlubang. Artinya, hanya 7 persen anak Indonesia yang bebas dari karies gigi.
Tercatat, 7 dari 10 orang enggan pergi ke dokter gigi. Alasannya adalah di awal pandemi, mereka yang membutuhkan layanan kesehatan gigi dan mulut juga kesulitan karena banyak klinik gigi yang tutup. Sementara layanan kesehatan gigi dan mulut di rumah sakit juga sangat terbatas guna menghindari penyebaran Covid-19.
Lalu apa yang bisa dilakukan selain harus kembali ke kebiasaan baik menyikat gigi minimal dua kali sehari?
Nah, ini perlu diikuti dengan baik, menurut studi Andrew Rugg-Gunn dari Sekolah Kedokteran Gigi Uiversitas Newcastle Inggris di jurnalActa Medica Academica, November 2013, menyebut upaya mengurangi asupan gula merupakan salah satu cara terbaik menghindari kerusakan gigi.
Sambil memulihkan lagi kebiasaan menyikat gigi dua kali dan memakai cairan pembersih mulut, dokter gigi kosmetik di New York, Amerika Serikat, Victoria Veytman kepadaLivescience, Sabtu (25/6/2022), menyarankan kita untuk mengunyah permen karet tanpa gula yang mengandung silitol (xylitol) yang merupakan karbohidrat alami.
Konsumsi gula pasir juga bisa diganti dengan pemanis buatan, seperti sakarin dan aspartam, untuk mengurangi bakteri di mulut.
Hindari juga makan dan buah perusak gigi seperti buah sitrus. Kelompok buah jeruk-jerukan ini, seperti jeruk, lemon,grapefruit, dan jeruk nipis, tidak hanya mengandung asam, tetapi juga gula. Gabungan kedua zat itu akan menghasilkan pukulan ganda bagi enamel gigi.
Namun, karena aneka buah jeruk juga memiliki manfaat kesehatan, ahli menyarankan untuk mengonsumsinya dalam jumlah sedang. Cara lainnya adalah menggabungkannya dengan makanan atau minuman lain untuk meminimalkan produksi asam.
Makanan lain yang perlu dihindari karena merusak gigi adalah makanan yang mengandung karbohidrat sederhana, seperti keripik kentang dan aneka keripik lainnya, roti tawar, serta berbagai makanan yang mengandung pati.
(*)