Mahasiswa UGM Bikin Eco Lindi: Cuma Butuh 10 Menit, Bau Sampah Langsung Hilang!

Senin, 06 Juni 2022 | 08:41
Dok. laman UGM

Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Rania Naura Anindhita, buat inovasi cairan Eco Lindi untuk menetralisir bau sampah.

HAI-Online.com - Air lindi atau cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan di tumpukan sampah, masih jadi persoalan lingkungan.

Nggak cuman bikin bau nggak sedap, air lindi juga membahayakan lingkungan dan bisa berdampak kesehatan kalo nggak diolah dengan benar.

Lewat tangan Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Rania Naura Anindhita, air lindi disulap jadi sesuatu yang punya nilai guna. Tania berhasil mengolah air lindi jadi formula untuk menetralkan bau sampah.

Produk buatannya ini dia namai Eco Lindi.

“Eco lindi ini dibuat dari air lindi yang dicampur sama sisa air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik dan hasilnya udah terbukti bisa menghilangkan bau sampah yang nggak sedap,” jelas Rania, dikutip dari laman UGM.

Gadis asal Desa Prasung, Kecamatan Buduran, Sidoarjo ini menjelaskan cara pembuatan eco lindi yang cukup sederhana dan mudah.

Baca Juga: Dokter UGM: Hindari Konsumsi Suplemen Berlebihan! Sehat Nggak, Undang Penyakit Gagal Ginjal Iya!

Air lindi, molase, asam sulfat, dan katalis dicampur dalam satu wadah kedap udara atau tangki. Dalam satu hari ia bisa memproduksi 10.000 liter eco lindi.

Untuk penggunaannya, cairan eco lindi cuman disemprotkan ke timbunan sampah. Dalam waktu kurang dari 10 menit, eco lindi bakal bereaksi menetralkan bau sampah.

“Reaksinya sekitar 3-10 menit setelah disemprot ke sampah, abis itu nggak kecium bau lagi,” terangnya.

Eco lindi udah diujicoba buat mengatasi persoalan bau di tempat pembuangan akhir (TPA), lingkungan pasar, serta peternakan. Hasilnya, formula ini dinyatakan aman buat ternak.

“Formula ini bisa dipakai di semua limbah yang memproduksi bau. Selain itu, juga bisa digunakan jadi pupuk,” tambahnya.

Rania mengungkapkan, pengembangan eco lindi ini berangkat dari dorongan sang ayah yang saat itu menjabat jadi Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo.

Ia ditantang ayahnya buat ikut mencari solusi atas persoalan sampah di TPA, terutama soal mengatasi bau sampah.

“Proses penetralan bau dan komposting yang biasa dilakukan itu perlu waktu sekitar 6-8 minggu. Gue ditantang ayah buat mempersingkat waktu buat menghilangkan bau, dan setelah diskusi dan banyak kajian, akhirnya ketemulah formula eco lindi ini,” pungkasnya.

Inovasi yang dikembangkan Rania ini nggak cuman ngasih solusi alternati dalam mengatasi persoalan lingkungan, tapi juga berhasil membawanya menyabet penghargaan Trash Control Heroes dari Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdior. (*)

Tag

Editor : Alvin Bahar