Situs Remaja Cowok

Lulus IISMA dan Kuliah Gratis di NTU, Cewek Ini Ngaku Sempat Culture Shock

Rabu, 11 Mei 2022 | 10:45
Grid Networks Mahasiswa Unair, Tania Ruli Natalnael berkesempatan mengenyam pendidikan di luar negeri lewat program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).
DOK. Unair

Mahasiswa Unair, Tania Ruli Natalnael berkesempatan mengenyam pendidikan di luar negeri lewat program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).

HAI-Online.com - Dengan program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), mahasiswa dari Indonesia bisa merasakan sensasi pendidikan di luar negeri.

Dengan adanya program ini, mahasiswa bisa punya pengalaman baru dengan kuliah di luar negeri. Salah satu mahasiswa yang berhasil lolos IISMA yakni Tania Ruli Natalnael.

Dia berkesempatan kuliah di luar negeri selama satu semester di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, universitas terbaik se-Asia versi QR WUR 2022.

Tania yang merupakan mahasiswa Sistem Informasi Universitas Airlangga (Unair) ini mengaku sempat terkendala bahasa sehari-hari yang dipakai selama di Singapura.

Awalnya, Tania mengira semua warga Singapura akan menggunakan bahasa Inggris. Namun, ternyata nggak demikian. Bahasa yang diakui Singapura itu ada empat, Inggris, Melayu, China, dan Tamil.

"Jadi wajar aja kalau ada yang nggak berbahasa Inggris. Akhirnya, saya harus paham beberapa kata yang sering dipakai. Misalkan dabao (dibungkus), zheli (makan di tempat), dan lainnya," kata Tania, dikutip dari laman Unair melalui Kompas.com, Selasa (10/5/2022).

Baca Juga: Mahasiswa UNAIR Berhasil Bawa Pulang Medali Perak POMPROV 2022

Nggak cuman bahasa, Tania juga merasakan culture shock ketika menyebrang jalan di zebra cross saat perjalanan menuju kampus.

Di Indonesia, zebra cross cuman ada di dekat lampu lalu lintas. Selain itu, penyeberang jalan harus menyeberang jalan di waktu yang tepat, yaitu saat jalan raya kosong atau kendaraan masih jauh.

"Di Singapura, zebra cross banyak ditemukan. Kendaraanlah yang justru harus berhenti untuk mempersilakan penyeberang jalan menyeberang," jelas Tania.

Selama di NTU, mahasiswa asal Bandar Lampung ini ingin mengikuti beberapa unit kegiatan mahasiswa (UKM). Namun, kebanyakan UKM sudah menutup pendaftaran atau sulit menerima mahasiswa pertukaran pelajar karena membutuhkan komitmen lebih lama dari empat bulan.

"Maka dari itu, saya hanya bisa mengikuti acara yang diadakan oleh UKM atau badan organisasi di NTU," jelasnya.

Adapun kegiatan UKM yang diikuti Tania diantaranya yakni kegiatan workshop, kelas atau acara outing pengenalan Singapura, dan lainnya.

Salah satu workshop yang diikuti adalah Workshop Bahasa Isyarat Singapura (Singapore Sign Language, SSL).

"Saya bersama teman-teman lainnya bisa sedikit belajar SSL dan berkomunikasi secara langsung dengan Komunitas Tuli di Singapura," beber Tania.

Untuk dapat cepat berbaur dengan warga lokal, Tania banyak mempelajari budaya atau kultur setempat. Tania juga mempelajari sedikit bahasa lokal yang biasa digunakan sehari-hari.

Baca Juga: Rombongan Pesepatu Roda di Jalan Gatsu Ternyata Atlet Pelajar, Polisi Beri Sanksi Represif

"Warga lokal akan mengapresiasi usaha tersebut. Sama seperti masyarakat Indonesia yang mengapresiasi orang asing yang mencoba berbicara dalam bahasa Indonesia," ucapnya.

Menurut Tania, tata krama yang universal juga sangat berguna. Seperti selalu memberikan senyuman. Dan yang terpenting, jangan lupa selalu berdoa agar diberi perlindungan dan bimbingan oleh Tuhan Yang Maha Esa. (*)

Tag

Editor : Al Sobry