HAI-ONLINE.COM - Pas awal muncul dulu, Rekah bisa dibilang salah satu hottest act yang dinanti banget rilisan atau panggungnya.
Faktornya, ketika mereka rilis "Untuk seorang gadis yang selalu memakai malam" 2016 silam berasa fresh banget. Saat itu belum ada band blackgaze dengan unsur math rock dan screamo kuat yang muncul di scene.
Namun pakem Rekah tersebut nggak bertahan lama. Apes juga soalnya band ini lumayan sering kehilangan personel.
Cabutnya Marvin Viryananda (gitar) bikin nuansa shoegaze di Rekah hilang. Kalo Faiz Alfaresi (vokal) dan Stephania Shakila (vokal) bikin Rekah harus rela kehilangan unsur vokal shrieking/growling.
Kini Tomo Hartono yang sebelumnya menjadi gitaris/vokalis, maju jadi lead vocalist plus tetap menjadi gitaris.
Rekah mantap berempat, dan debut album mereka, "Kiamat" menjadi pembuktian kuartet tersebut.
Dari press release yang HAI terima, Rekah ngaku jujur meninggalkan blackgaze/skramz yang sebelumnya mereka mainkan.
Dari musiknya pun terdengar jelas perbedaannya.
"Kiamat" memang berasa seperti musik yang dimainkan ketika kita tau kapan kiamat akan terjadi, dan semakin dekat.
Tomo nyanyi kayak besok dia tau udah bakal meninggal, tetep terdengar jelas liriknya tapi berasa "sakit"-nya.
Baca Juga: Rage Against the Machine Angkat Bicara Tentang Hak Aborsi Di AS
Kalo menurut HAI, keputusan jadiin Tomo vokalis utama itu tepat. Beberapa lagu yang sebelumnya direkam dengan vokalis lain justru jadi lebih keluar nyawanya ketika Tomo yang nge-lead.
Seperti "Kabar dari dasar botol" misalnya. Jujur versi awal lagu ini kayak sekumpulan orang lagi ngasal karaoke, yang akhirnya jadi lebih baik di versi album.
Begitu pula di sektor gitar di "Kiamat" yang berasa lebih lugas, "hajar to the point", dibanding suara gitar karya Rekah sebelumnya yang berasa lebih rumit. Kayaknya karena Tomo yang sekarang harus lebih banyak nyanyi sambil main gitar deh.
Dari segi lirik, "Kiamat" berani pakai bahasa Indonesia di semua lagu, dan nggak ragu nyelipin kata kasar, slang, tapi tetap puitis di sejumlah sisi. Muram tapi keren tanpa harus bikin orang buka KBBI. Beberapa minggu lagi mungkin udah ada yang pake lirik lagu dari "Kiamat" buat caption Instagram.
Eits, muji mulu nih. "Kiamat" juga ada kurangnya kok. Beberapa part di lagu yang ada album ini seperti pernah kita dengar di lagu Rekah lainnya. Kayaknya juga lebih baik kalo beberapa part yang
Jempol juga wajib dikasih ke Gemilang Ramadhan dan Janu Rahadie selaku penata serta penyelaras suara nih. Berkat mereka, suara di "Kiamat" jadi serba ngepas, nggak ada lagi tumpang tindih vokal atau kehilangan fokus.
Overall, "Kiamat" ini ibaratnya bukan beli kucing dalam karung. Judulnya "Kiamat", dan lo bakal dapat kiamat. Baik dari lirik atau musiknya. Berasa familiar tapi juga segar.
Tapi mungkin kalo lo suka Rekah yang dulu, bisa jadi nggak suka sama "Kiamat". Buat lo yang nggak biasa dengerin sealbum penuh juga kayaknya bakal nangkep "Kiamat" dengan persepsi berbeda, karena album ini didesain dengan lagu saling bersambung ke lagu setelahnya. Pun dengan lagu terakhir yang bersambung kembali ke lagu pertama.
Apakah kiamat sebuah akhir, atau proses menuju sesuatu yang baru? Silakan tentukan.
---
Mau direview kayak gini? Kirim rilisan lo ke Alvin (HAI) Gedung Grid Network, Jl. Gelora VII RT.2/RW.2 Kelurahan Gelora Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta Pusat, Jakarta 10270. Tel : (021) 5483008 ext. 31170/31171
Rilisan terpilih akan diulas di situs HAI.