KKN ITS Bantu Tingkatkan Kualitas Minyak Atsiri AMKE Desa Oro-oro

Rabu, 30 Maret 2022 | 18:35
Dok. dari laman ITS

Foto bersama tim KKN, dosen pendamping, dan pengelola AMKE Desa Oro-oro Ombo, Batu.

HAI-ONLINE.COM - Minyak atsiri sereh wangi menjadi produk komoditi unggulan Area Modal Konservasi dan Edukasi (AMKE) Desa Oro-oro Ombo Kota Batu. Namun produk tersebut kurang optimal proses produksi yang tradisional.

Maka dari itu, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kasih pelatihan dan pendampingan buat meningkatkan kualitas pengelolaan produk minyak atsiri sereh wangi.

Ketua tim KKN Abmas, Iniko Antosina Fajar menjelaskan, tim KKN ini berisi sepuluh mahasiswa dari Departemen Teknik Fisika. Dengan didampingi oleh Dr rer nat Ir Aulia MT Nasution M Sc, tim ini berhasil menjalankan rangkaian kegiatan pengabdian selama dua bulan.

Program KKN yang diberikan berupa pelatihan soal teknik penanaman dan pembibitan sereh. Kemudian, pelatihan pengolahan minyak atsiri, pemaparan hasil pengujian lab, serta demo alat separating funnel atau corong pemisah.

Pria yang akrab disapa Iin ini menjelaskan, corong pemisah sendiri merupakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cairan. Dalam pembuatan minyak atsiri sereh wangi ini, corong pemisah digunakan untuk memisahkan minyak dan air pada proses pemanasan dan penguapan.

Sebelumnya, masyarakat masih secara manual menciduk minyak dengan sendok.

Baca Juga: Keren! Mahasiswa ITS Surabaya Bikin Robot Hosiro-Usiro untuk Rawat Pasien Covid-19

“Dengan corong pemisah ini, hanya dengan memutar kran dan minyak akan terpisah,” jelas Iin, dilansir laman ITS Senin (28/03/2022).

Hasil pengujian lab menggunakan sistem fotonika menunjukkan minyak atsiri sereh wangi dari AMKE memiliki kadar kualitas kemurniannya paling baik dibanding tiga produk minyak atsiri sereh yang lain.

Masyarakat ingin hasil lab ini dapat dikembangkan untuk mengetahui persenan unsur yang ada dalam minyak atsiri sereh wangi.

“Permintaan ini, akan ditindaklanjuti pada KKN AMKE selanjutnya, sembari menyiapkan alat ujinya,” tambahnya.

Program KKN yang dipilih rupanya berasal dari permasalahan yang ditemukan di lapangan. Iin menyampaikan, pendidikan petani dan pengelola AMKE Oro-oro Ombo tergolong rendah yaitu mayoritas lulusan SMP.

Kondisi tersebut menjadikan kurangnya pengetahuan dan pelatihan dalam pengelolaan minyak atsiri.

“Mereka masih menggunakan teknologi tradisional serta belum melakukan uji lab hasil produksi sehingga mempengaruhi penjualan,” jelasnya.

Hasil survey dan wawancara juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani merasa kesulitan dalam pengolahan produk minyak atsiri sereh wangi terutama untuk meningkatkan kualitasnya. Petani juga menyampaikan dengan teknologi tradisional mereka butuh prosesnya yang lama dan hasilnya tidak begitu bagus.

“Karenanya, kami membuat beberapa program KKN untuk meningkatkan kemudahan produksi dan kualitas produk,” ungkapnya.

Program ini menuai tanggapan yang positif dari petani dan pengelola AMKE Oro-oro Ombo. Banyak petani yang mengharapkan akan diadakannya kegiatan sejenis karena merasa banyak mendapatkan ilmu, pengalaman, dan bantuan inovasi terhadap peningkatan kualitas produk di AMKE Oro-oro Ombo.

“Kami senang banyak respon positif dari petani dan semua bentuk pelatihan berjalan dengan lancar,” cerita Iin.

Terakhir, Iin berharap bahwa pelatihan dan alat yang diberikan dapat menjadi bahan evaluasi dan inventaris AMKE Oro-oro Ombo tersebut agar dapat menjadi solusi permasalahan dalam peningkatan kualitas pengelolaan produk Minyak Atsiri Sereh Wangi.

“Kami juga berharap program ini dapat jadi acuan program lain yang dapat diterapkan di lebih banyak mitra,” pungkasnya.

(Tanya Audriatika)

Tag

Editor : Alvin Bahar