75% Anak Muda Punya Kemampuan Mengatasi Perubahan Iklim, Sayangnya Banyak yang Dipandang Sebelah Mata

Selasa, 14 September 2021 | 11:05
Yunaidi/National Geographic Indonesia

Tampak perbedaan permukaan laut dan daratan di pesisir Jakarta. Daerah di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, kerap dilanda banjir akibat pasang laut karena daratannya lebih rendah sekitar satu meter daripada muka laut. Perubahan iklim turut mempercepat naiknya muka laut.

HAI-ONLINE.COM - Seberapa peduli sih anak muda dengan perubahan iklim? Peduli banget! Banyak dari mereka beranggapan bahwa perubahan iklim sebagai ancaman terbesar yang dihadapi planet ini, plus berjuang supaya suaranya didengar.

Hal tersebut terungkap dari laporan British Council yang diterbitkan per 9 September 2021 lalu. Global Youth Letter Report mensurvei lebih dari 8000 anak muda berusia 18-35 tahun dari 23 negara – termasuk Brasil, India, Kenya, Indonesia dan Inggris – tentang perspektif mereka mengenai perubahan iklim.

Survei ini menghasilkan suara yang kuat dan kritis dari kaum muda tentang perubahan iklim di 23 negara.

Penelitian ini merupakan bagian dari program Climate Connection British Council, yang bertujuan untuk menyatukan orang-orang di seluruh dunia untuk mengatasi tantangan perubahan iklim.

25 persen anak muda yang disurvei berasal dari daerah pedesaan, yang mungkin lebih sulit dijangkau, dan 75 persen dari daerah perkotaan.

55 persen responden adalah cewek. Laporan tersebut juga didengar dari kelompok-kelompok yang sering diabaikan seperti kaum muda penyandang disabilitas, dan mereka yang termasuk dalam kelompok minoritas dan masyarakat adat.

67 persen anak muda merasa bahwa pemimpin negara mereka nggak dapat mengatasi perubahan iklim sendiri. Mereka menyuarakan keprihatinan bahwa suara cewek dan kelompok minoritas nggak tercermin dalam kebijakan perubahan iklim saat ini.

"Laporan tersebut menemukan seruan yang konsisten bagi kaum muda untuk dimasukkan dalam keputusan kebijakan. Para pemuda merasa bahwa keterlibatan mereka akan memberikan ide-ide yang lebih inovatif untuk mengatasi perubahan iklim dan dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan lebih efektif," tulis British Council.

Baca Juga: 5 Sayuran dan Buah Ini Mungkin Banget Punah Gara-gara Global Warming

Temuan ini menekankan kebutuhan yang jelas bagi pembuat kebijakan untuk menyalurkan semangat dan antusiasme kaum muda dengan cara yang lebih praktis dan terstruktur.

Selain itu, laporan tersebut menemukan bahwa sementara kaum muda bersedia dan ingin memberikan kontribusi yang berarti, banyak yang nggak memiliki kesempatan untuk melakukannya.

75 persen anak muda melaporkan bahwa mereka memiliki keterampilan untuk menangani masalah iklim di komunitas mereka dan 63 persen mengatakan bahwa mereka tahu tentang Konferensi Para Pihak Perubahan Iklim PBB (COP26).

Namun, 69 persen mengatakan mereka nggak pernah berpartisipasi dalam aksi perubahan iklim.

"Beberapa hambatan partisipasi pemuda dalam aksi iklim termasuk akses digital yang terbatas, budaya sosial hierarkis yang mengecualikan kaum muda, dan kurangnya akses ke pelatihan dan pengembangan keterampilan," jelasnya.

Laporan tersebut juga menyoroti peran dan potensi saluran digital sebagai alat bagi kaum muda untuk mengatasi perubahan iklim, meskipun mengakui bahwa 'kesenjangan digital' yang membuat beberapa orang dikecualikan dari mengakses internet harus dipertimbangkan.

Kaum muda dengan suara yang vokal memandang media sosial sebagai platform penting untuk berbagi pesan tentang perubahan iklim dengan rekan-rekan mereka, melawan disinformasi dan mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka. Bagi para pemuda di daerah terpencil yang nggak memiliki akses internet, televisi dan radio dapat memberikan mereka informasi tentang perubahan iklim.

Tag

Editor : Alvin Bahar