Ahli Bilang Semut-Semut di TV dan Kresek-Kresek Radio, Bukti Keberadaan Big Bang di Luar Angkasa

Sabtu, 21 Agustus 2021 | 10:22
Cnet

Ahli Bilang Semut-Semut di TV dan Kresek-Kresek Radio, Bukti Keberadaan Big Bang di Luar Angkasa

HAI-Online.com- Pernah dong lagi nonton bola eh malah menyaksikan semut dan kresek di tv atau ada juga suara-suara gesekan di ruang dengar kita saat sedang menyimak siaran radio?

Nah, para ahli menyatakan bahwa pola "semut" di televisi(TV) dan bunyi bisingkresek-kresekpada saluran radioadalah bukti nyata keberadaan Big Bang di luar angkasa.
Seperti diketahui, pada musim hujan seperti saat ini, biasanya sebagian masyarakat yang memiliki televisi analog atau khususnya televisi tabung yang berantena dan atau pita kasetVideo Home System, mengalami kondisi "semut" atau gambar di dalam TV.

Gambar semut itu kadang menghilang dan muncul lagi garis-garis acak hitam-putih.

Baca Juga: Dikira Ngambek, Tompi Beri Jawaban Soal Kritik Pedas Film Selesai
Pada televisi digital kondisi semut ini juga bisa terjadi, tetapi cenderung terlihat lebih mulus dan tidak terlalu acak dikarenakan kuantisasi yang bersifat inheren.

TV kekinian

Sedangkan, pada perangkat radio analog, biasanya akan terjadi suara derau ataukresek-kresektidak jelas yang mengganggu.

Pola acak yang terjadi pada radio dan TV itu adalah hasil dari derau (noise) elektromagnetik yang tertangkap oleh antena penerima.

Kaitannya dengan Big Bang Apa?

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Andi Pangerang dalam tulisannya di edukasi sains Lapan menjelaskan, banyak sumber derau (noise) elektromagnetik yang menghasilkan pola tampilan statik seperti di tv dan radio ini.

Derau atmosfer merupakan sumber yang paling dominan,mencakup sinyal-sinyal elektromagnetik yang tercipta akibat "fosil" big bangberupacosmic microwave background(CMB) atau radiasi kosmis yang dapat kita observasi saat ini dan atau derau gelombang radio berskala lokal dari perangkat elektronik lain di dekatnya.

Meskipun demikian, kata Andi, sebenarnya perangkat tampilan itu sendiri juga merupakan sumber derau.

Hal ini dikarenakan adanya produksi derau termal (suhu) yang berasal dari transistor pertama pada sirkuit elektronik di dalamnya yang langsung terhubung dengan antena.

"CMB ini menjadi bukti kuat tentang kebenaran teori big bang sebagai awal terciptanya alam semesta," kata Andi.

Dijelaskannya, saat alam semesta masih muda, universal kita masih berukuran lebih kecil dan lebih panas dibandingkan dengan kondisi saat ini dan dulu sekali terisi oleh banyak radiasi serbasama (isotropis) dari kabut plasma hidrogen putih yang panas.

TNG Collaboration

Awan fosil yang merupakan peninggalan kuno Big Bang.

"Proses ini terjadi sebelum bintang dan planet terbentuk seperti saat ini," jelasnya.

Selanjutnya, begitu alam semesta mengembang, plasma dan rasiasi yang mengisinya mendingin.

Nah, saat alam semesta cukup dingin, maka proton dan elektron dapat membentuk atom neutral.

"Atom tersebut tidak lagi dapat menyerap radiasi termal dan alam semesta menjadi transparan alih-alih berkaut (mengumpul). Kosmolog menyebut masa pembentukan atom netral pertama sebagai masa rekombinasi," ucap dia.

Pernah ada dua astronom menggunakan teleskop radioultrasensitif untuk menangkap sinyalsatelit. Dalam percobaannya, kedua astronom menemukan derau radio yang aneh yang membuat mereka sendiri bingung.

Baca Juga: Seniman Surabaya Dwiky KA Koleb Sama Vans, Rilis Koleksi

Diceritakan Andi, awalnya mereka mengira derau itu disebabkan oleh kawanan burung yang hinggap di teleskop mereka.

"Tetapi setelah burung dan kotoran mereka dihilangkan, derau radio tersebut masih bertahan, dan hingga saat ini radiasi kosmisi dari big bangdapat dirasakan, diantaranya ketika berada di tempat sunyi, kuping menjadi berdenging sesaat dan bukan dalam waktu yang cukup lama," jelas dia.

Berkat penemuan CMB, dua astronom asal Amerika Serikat, Arno Penzias dan Robert Wilson meraih penghargaan Nobel dalam bidang Fisika pada tahun 1978. (*)

Tag

Editor : Al Sobry