Bukan Karena Fenomena Aphelion, LAPAN Jelaskan Suhu Dingin yang Terjadi Belakangan Ini

Selasa, 06 Juli 2021 | 18:05
luis_molinero/Freepik

Ilustrasi kedinginan.

HAI-Online.com – Belakangan ini masyarakat di sebagian wilayah Indonesia mengungkapkan bahwa mereka merasakan suhu yang lebih dingin dari biasanya, terlepas dari musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.

Bahkan pada Selasa (6/7/2021), kata kunci ‘dingin’ menempati trending topic pada linimasa Twitter dengan jumlah cuitan lebih dari 28 ribu.

Baca Juga: Jatuh Cinta Saat Menjuri The Voice, Gwen Stefani dan Blake Shelton Resmi Menikah

Namun sebenarnya gimana sih penjelasan ilmiah dari suhu dingin yang terjadi belakangan ini?

Sebagian masyarakat menyebut hal ini disebabkan oleh fenomena Aphelion, yakni kondisi di mana Bumi sedang berada di titik terjauh matahari, yang berlangsung hari ini, Selasa.

Menjawab hal tersebut, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menjelaskan bahwa aphelion nggak berdampak langsung pada kehidupan manusia di Bumi.

Menurut LAPAN, Aphelion tahun ini terjadi pada 6 Juli 2021, tepatnya pada pukul 05.27 WIB atau 06.27 WITA atau 07.27 WIT pada jarak 152.100.527 kilometer.

Baca Juga: Viral Video Matahari Terbit dari Utara BMKG Beri Penjelasan Ilmiah

Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa LAPAN, Emanuel Sungging mengatakan, Aphelion adalah fenomena antariksa yang biasa terjadi setiap tahun.

"Itu hanya fenomena tahunan biasa. Artinya, sudah setengah tahun perjalanan Bumi mengitari Matahari," kata Sungging,mengutiplaman resmi LAPAN, Selasa.

Nah terkait suhu dingin yang belakangan ini dirasakan bukan karena Matahari sedang berada di titik terjauh.

Menurut Sungging, suhu dingin itu lebih disebabkan oleh dinamika atmosfer yang terjadi.

"Kalau suhu lebih karena dinamika atmosfer," kata dia.

Melansir laman Edukasi Sains Antariksa LAPAN, suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau.

LAPAN menjelaskan, permukaan Bumi menyerap cahaya Matahari pada siang hari, dan kemudian melepaskan panas yang diserap itu pada malam hari.

Lepasan panas itu seharusnya dipantulkan kembali oleh awan ke permukaan Bumi. Namun, karena tutupan awan yang sedikit pada musim kemarau, nggak ada panas yang dipantulkan ke permukaan Bumi.

Baca Juga: Foto Kilatan Cahaya di Gunung Merapi Viral, Benarkah Meteor? Ini Penjelasan LAPAN

Selain itu, posisi Matahari saat ini berada di belahan Utara membuat tekanan udara di belahan Utara lebih rendah dibanding belahan Selatan.

Hasilnya, akibat tekanan udara di Utara yang lebih rendah, udara bergerak dari arah Selatan menuju Utara.

Pada saat bersamaan, benua Australia yang berada di Selatan sedang mengalami musim dingin, sehingga angin yang bertiup ke Utara bersuhu dingin.

Menurut LAPAN, dampak yang ditimbulkan dari fenomena itu adalah penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang terletak di selatan khatulistiwa.

Nah jadi seperti itu penjelasan atas suhu dingin yang belakangan terjadi di sebagian wilayah Indonesia ya, sob. (*)

Baca Juga: Musim Kemarau tapi Masih Hujan? Ini Penjelasan Ilmiah dari BMKG

Tag

Editor : Al Sobry