HAI-ONLINE.COM - Kalo denger kata "side project personel Dewa 19", pasti ingetnya Andra & the Backbone, The Rock, Ahmad Band, dan nggak ada yang nyebut Matadewa.
Eits, Matadewa tuh bukan Mahadewa (band Ahmad Dhani dengan Judika, RED) ya. Tapi, Matadewa masih ada hubungannya dengan Dewa 19.
Matadewa adalah band bentukan dua mantan personel Dewa 19, yakni Alm. Erwin Prasetya dan Wawan Juniarso.
Ditambah Yudha (gitar) dan Robi (vokal), mereka berempat maju mewarnai musik Indonesia.
Sayangnya, nggak mulus.
Berikut petikan wawancara HAI bersama Matadewa, 2009 lalu.
Ada cerita apa aja sih di balik Matadewa ini?
Erwin (E): Matadewa ini nggak lain adalah band baru saya. Band ini adalah wujud dari ide-ide kreatif saya selama ini yang saya kerjakan bersama Wawan sejak pertengahan tahun 2008 lalu.Kebetulan ketika itu Wawan tertarik dengan ide-ide saya. Lalu saya mengajak Yudha untuk mengisi posisi gitar dan mengadakan audisi untuk mengisi posisi vokalis yang kini diisi oleh Robi.
Ide-ide seperti apa yang kemudian dituangkan ke dalam musik Matadewa ini?
(E): Ide-ide komersil yang saya miliki tentunya. Lagu-lagu murni hasil dari ekspresi saya sendiri.Wujudnya seperti barisan lagu di dalam album Matadewa ini yang saya sebut sebagai musik Urban Poprock.
Banyak nada-nada kreatif yang saya gabungkan dengan synthesizer.
Bagaimana dengan nama Matadewa sendiri? Sepertinya agak menyinggung band kalian sebelumnya.
Wawan (W): Banyak yang bilang akan menimbulkan persaingan, tetapi tidak. Karena di dalam musik nggak ada yang namanya kompetisi, mungkin terlihat bersaing karena industrinya.Lagipula nama Matadewa sendiri mempunyai filosofi sendiri, beberapa anggota Matadewa adalah mereka yang turut membangun Dewa sejak awal. Yudha juga sering membantu Dewa pada waktu itu. Lalu untuk kalian para pelaku musik yang sudah lama, bagaimana kalian membaca musik Indonesia sekarang?
Yudha (Y): Kalo kami pribadi lebih melihat kepada kemajuan teknologi. Sekarang dengan mudahnya banyak band bermunculan.
Terlihat instan untuk kami, dan untuk pribadi masing-masing mungkin lebih mengembangkan musikalitas yang sudah ada sebelumnya.
Lalu bagaimana Matadewa berkompromi dengan situasi ini?
(W): Balik lagi ke materi. Kami mengerti bagaimana membuat sebuah karya yang idealis dan komersil.Artinya kami tetap bermusik ala kami sendiri tetapi tetap membaca bagaimana caranya masyarakat untuk menerima musik yang kami buat.
Ada lagu lama Dewa yaitu Restoe Bumi yang diaransemen dan diberi lirik baru di album Matadewa ini, apakah ini adalah sebagai salah satu senjata untuk menarik massa?
(W): Kalo dibilang untuk menarik massa sih nggak juga. Kami hanya ingin sekedar mengingatkan masyarakat aja tentang lagu ini.Lagipula notasi dan aransemennya ini kan milik Erwin, hanya liriknya saja yang kami ubah menyesuaikan karakter musiknya.
Judulnya pun diubah menjadi Nikmatilah Diriku.