Pecinan Ampenan, Jejak-jejak Denyut Kesibukan Kampung Lawas di Lombok

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 9 Maret 2021 | 22:00 WIB
Sebelum memasuki kawasan Pecinan Ampenan, kita dapat menemui sebuah gedung perkumpulan etnis Hokkian yang cukup megah. Gedung yang terletak di ruas Jalan Koperasi digunakan sebagai tempat pertemuan dan gedung perkumpulan warga Hokkian (Fujian) di Mataram yang bernama Hokkian Kong Hwee. (Agni Malagina)

Nationalgeographic.co.id—Tak lengkap rasanya jika kita menginjakkan kaki di Lombok tanpa singgah ke area kota tua Ampenan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ampenan berasal dari kata dasar ‘amben’ dalam Bahasa Sasak yang berarti tempat singah.

Ampenan dikembangkan oleh Belanda pada abad ke-19 serta dijadikan sebagai pelabuhan paling ramai di NTB. Kota tua Ampenan terbagi menjadi beberapa bagian, bagian Pecinan tempat bermukimnya etnis Cina, Kampung Arab tempat bermukim etnis Arab, Kampung Bugis dan Kampung Melayu. Kawasan Simpang Lima Ampenan merupakan kawasan padat pemukiman yang masih banyak memiliki bangunan tua berarsitektur langgam art deco dan perumahan toko etnis Cina selayaknya ruko-ruko Cina berarsitektur langgam Melayu. Simpang Lima Ampenan ini pun menjadi ikon kota Mataram yang seolah tak lekang di makan waktu. Sebelum memasuki kawasan Pecinan Ampenan, kita dapat menemui sebuah gedung perkumpulan etnis Hokkian yang cukup megah. Gedung yang terletak di ruas Jalan Koperasi digunakan sebagai tempat pertemuan dan gedung perkumpulan warga Hokkian (Fujian) di Mataram yang bernama Hokkian Kong Hwee (Fujian Gonghui 福建公会).