HAI - ONLINE.COM-“Hareee Eneeee“; penggalan lirik dari lagu ‘Selamat Ulang Tahun‘ milik Jamrud tersebut terus menggema di telinga saya kemarin mengingat pada hari Minggu (10/01) saya Farras Fauzi bersama HAI Online berkesempatan untuk #BerbagiCerita bersama salah satu band rock legendaris di Indonesia, Jamrud.
Meskipun pertemuan virtual tersebut hanya dihadiri oleh sang pentolan, Aziz M.S. Namun informasi dan berita yang HAI dapatkan sangatlah berharga dan bersejarah.
Perbincangan tersebut dirangkum dan kami sajikan untuk para pembaca, sekaligus memperingati rilisnya album terbaru Jamrud ‘God Gave Rock ‘n Roll To Me’ yang akan rilis pada 15 Januari 2021 mendatang.
Mengingat perbedaan generasi yang cukup signifikan, saya memutuskan untuk memanggil beliau dengan sapaan “Kang“, bentuk penghormatan khas Jawa Barat untuk seseorang yang lebih senior. Simak perbincangan hangat dari HAI dan Kang Aziz berikut:
Selamat dan semangat nih kurang dari seminggu lagi album ‘God Gave Rock 'n Roll To Me‘ bakal rilis. Bisa diceritakan sedikit Kang tentang album ini?
Kang Aziz: Betul, bakal dirilis tanggal 15 Januari besok. Jadi ini sebenernya album yang sudah sempat beredar di Maret 2017 lalu.
Namun karena ada perubahan struktur manajemen Jamrud yang mempengaruhi hak edar dan semacamnya, lalu ditarik kembali peredarannya.
Nah kami kemudian inisiatif untuk merilisnya kembali dengan tajuk ‚‘God Gave Rock ‘n Roll To Me‘ secara mandiri dengan menambahkan 2 track baru dan mengulang proses mixing dan mastering, sehingga sentuhannya akan sedikit berbeda dengan yang 2017 lalu.
Nah berkenaan dengan pandemi COVID - 19 ini Kang, semua hal dilakukan serba daring dan virtual. Bagaimana proses penggarapan album ini, apakah ada kendala tertentu karena terhalang pemberlakuan aturan Social Distancing?
Kang Aziz: Karena kami rata-rata berdekatan; hanya Krisyanto yang berada di Cibubur sementara sisanya hanya di seputaran Cimahi – Bandung, jadi ya selama proses rekaman lagu barunya tidak terlalu merepotkan.
Hanya harus mencari waktu yang benar-benar kosong dan aman karena kondisi sekarang yang harus serba berhati-hati.
Untuk song-writing, ketika dengerin single ‘Hanya Teman’, saya sebagai pendengar menemukan hal menarik. Alih-alih penuh distorsi, dentingan akustik sangat kental terasa di lagu ini. Apakah keseluruhan track di album ‚‘God Gave Rock n Roll To Me’ akan bernuansa sama?
Kang Aziz: Justru di album ini adalah salah satu album Jamrud yang nge-rock banget. Seperti Jamrud di era awal-awal 90-an yang.
Lagu Hanya Teman justru track baru banget, karena 10 lagu lainnya keras banget, kita selipin aja dua baru yang mudah didengerin orang banyak.
Untuk penulisan lirik, siapa yang banyak terlibat di dalam album ini? Apakah tema lirik yang diambil masih tetap ‘Jamrud’ banget yang terdengar unik dan catchy di telinga orang?
Kang Aziz: Kebetulan untuk penulisan lagu di album ini, semua lagu saya yang menulis. Kawan-kawan Jamrud biasanya menyumbangkan ide dasar atau topik yang disampaikan ke saya.
Untuk tema lirik yang jelas sih Jamrud selalu melihat potret masyarakat; bisa dilihat dari kondisi sosial, politik, hingga asmara. Sederhana saja sih, nggak perlu yang terlalu ngarang gimana gitu.
Untuk video musik, akan disiapkan berapa lagu Kang?
Kang Aziz: Untuk video musik di album ini, total kita akan menyiapkan 4 lagu yang akan dirilis. Dua di antaranya sudah dirilis beberapa bulan kemarin, sisanya sudah kami selesaikan proses shooting-nya beberapa hari lalu, ditunggu saja tanggal mainnya.
Dengan yakin saya harus menyatakan kalo Jamrud adalah band rock yang memiliki pengaruh sangat besar di industri musik Indonesia. Kalo boleh tau menurut Kang Aziz lagu atau album band rock Indonesia mana yang paling terbaik sepanjang masa?
KangAziz: Saya dari dulu selalu menyukai album-album yang dihasilkan oleh Eet Sjahranie baik dari segi musikalitas, sound, dan penulisan lagu. (Tertawa sembari menyapa Mas Eet).
Sebagai orang asli Surabaya, saya penasaran dengan penyematan Kota Surabaya yang saat itu menjadi salah satu barometer khusus untuk musik Rock dan Metal pada masanya. Apa memang betul Kang saat itu seperti itu?
KangAziz: Wah kalo Surabaya sih, bagi saya pribadi juga sampai sekarang mah masih ya. Setiap manggung di Surabaya, energi dan vibe yang saya dapet dari crowd tuh selalu berbeda dengan kota-kota lain.
Mereka selalu menunjukkan antusias yang berlebih, terutama kalo Jamrud bawain lagu yang kenceng banget. Jadi nggak heran juga kalo dulu sampai sekarang Surabaya identik dengan penyebutan tersebut.
Di era tersebut kan bibit Jamrud mulai terbentuk dari Jam Rock ya Kang? Boleh cerita dikit ga Kang tentang Jam Rock?
Kang Aziz: Betul, Jam Rock awal terbentuk di tahun 1987-1988, saat kami gandrung-gandrungnyauntukmembawakan lagu-lagu dari Sepultura.
Nah di tahun 1992 formasi Jam Rock saat itulah yang kemudian menjadi asal muasal formasi Jamrud kemudian dengan Krisyanto pada vokal, Alm. Sandy mengisi drum, Alm Fitrah menemani saya di gitar, dan juga Ricky.
Kita selalu bawain Sepultura sampai pada tahun 1995 saat kita akhirnya berani bikin lagu sendiri.
Album ‘Ningrat’ adalah album titik balik bagi Jamrud yang sangat diterima masyarakat luas, setuju kah Kang?
Kang Aziz: Sebenernya kalo album Jamrud yang paling berkesan bagi saya pribadi bukanlah ‘Ningrat’. Meskipun tidak bisa dipungkiri Ningrat memang segmentasi pasarnya tanpa Batasan, meliputi semua usia dari anak-anak hingga Ibu-Ibu juga bisa mendengarkan album ini, jika dibandingkan dengan album-album pertama kami yang segmentasinya lebih ke orang dewasa. Liriknya juga lebih menantang hehehe.
Di dalam album ‘Bumi & Langit Menangis’, yang juga merupakan album favorit bagi Kang Aziz secara musikalitas. Ada satu track yg merupakan cover dari lagu daerah ‘Sik Sik Sibatumanikam‘; kenapa lebih memilih lagu daerah Sumatera Utara daripada lagu daerah Jawa Barat, tempat Jamrud dibesarkan?
Kang Aziz: Betul, album tersebut adalah favorit saya pribadi. Hahaha sebenernya nggak ada alasan khusus yang gimana -gimana gitu sih walaupun saya emang asli Sumatera juga.
Cuma emang notasi dan ketukan yang ada pada lagu tersebut unik dan celahnya enak buat dimasukin riff-riff gitar khas Jamrud aja.
Namun, bisa dibilang lagu ‘Selamat Ulang Tahun‘ adalah master piece dan evergreen song dari Jamrud.
Bahkan lagu ini diputar di hampir setiap perayaan ulang tahun bagi masyarakat, terkadang juga menggantikan tembang ‘Happy Birthday‘.
Saya pribadi bisa mengatakan jika lagu ‘Selamat Ulang Tahun‘ di Indonesia sudah seperti ‘We Will Rock You‘-nya Queen. Apa komentar Kang Aziz mengenai lagu tersebut?
Kang Aziz: Hahaha, ya kalo perasaan mah pasti bangga ya. Dalam artian nggak sia-sia juga kita bikin karya yang masih dinikmati hingga 20 tahunan lebih.
Sebagai pendiri sekaligus personel Jamrud yang terus berada di band selama puluhan tahun bersama Ricky Teddy, ada nggak pengalaman paling unik atau mengesalkan saat manggung bareng Jamrud? Di mana tepatnya?
Kang Aziz: Kalo mengesalkan sih sepertinya ga ada ya, secara kami setiap manggung juga lancar-lancar saja.
Selama perjalanan juga kami enak-enak aja, jalanan di kota-kota kecil di Indonesia juga sudah bagus.
Dari Jamers juga mereka asik-asik aja, para Jamers selalu bisa menempatkan diri dan penuh pengertian. Kami senang banget dengan kehadiran Jamers di manapun dan kapanpun, mereka juga bertumbuh dewasa bersama Jamrud, sehingga Jamers merupakan elemen penting juga buat Jamrud.
Ngomongin sosok Krisyanto nih, Kang. Tidak bisa dipungkiri kalo sebagian besar orang pasti nempel dengan kehadiran Kang Krisyanto sebagai vokalis Jamrud, terutama dengan kupluk dan suara khasnya.
Kalo buat Kang Aziz sendiri, seberapa penting sih Kang sosok seorang Krisyanto dalam hidup Akang selama berkarir dengan Jamrud di industri musik?
Kang Aziz: Wah kalo Krisyanto sih sudah sangat mewakili lagu-lagu yang saya buat ya.
Waktu itu Jamrud sempat diisi dengan vokalis baru untuk menggantikan posisi Krisyanto yang keluar sementara. Saat itu jujur saya sangat kesulitan saat proses penulisan dan bikin lagu, terutama masalah notasi dan range vokal Donald yang saya belum hafal.
Nah kalo dengan Krisyanto, tanpa aba-aba pun kami sudah saling hafal dengan kebutuhan masing-masing.
Dulu scouting mas Krisyanto gimana sih Kang ceritanya?
Kang Aziz: Hahahaha kalo boleh jujur mah dulu ‘nemu’ Yanto (re: panggilan akrab Krisyanto) pas lagi nongkrong di jalanan Cimahi.
Jadi waktu itu saya bareng Jam Rock yang bawain Sepultura lagu butuh banget vokalis dengan karakter berat untuk ngejar sound vocal ala Max Cavalera.
Kemudian ada satu kawan yang kenal dari festival music mengenalkan saya ke Krisyanto yang kebetulan ternyata pernah juara festival juga di sekitaran Cimahi.
Jam Rock mah dulu kan sudah lumayan dikenal lah ya setidaknya di Cimahi. Jadi si Yanto cukup kaget ketika ketemu saya untuk ngajak ngobrol dia.
Krisyanto sebenarnya mengakui jika influence terbesarnya dalam bermusik adalah God Bless. Power dan range vokalnya tidak perlu diragukan lagi, ciamik dan jempolan.
Namun karakter vokal Krisyanto yang dikenal berat dan menggelegar ini adalah kami yang pada waktu itu ‘memaksa’ Krisyanto untuk terus mengasah vokalnya untuk kebutuhan membawakan lagu Sepultura tersebut. Jadi demen weh kalo liat Krisyanto nyanyi mah asa ngga butuh tenaga tapi power dan teknik yang dihasilkan sangatlah impresif.
Menurut Kang Aziz, apa yang membedakan antara musisi muda zaman dulu dan zaman sekarang ketika baru memulai atau merintis sebuah Band?
Kang Aziz: Band dan musisi sekarang lebih diberkahi dengan segala fasilitas yang memudahkan mereka dalam memproduksi dan mendistribusi musik yang telah dibuat.
Dalam artian, bantuan akses teknologi dan komunikasi membuat band-band sekarang sangat produktif, akses distribusi ke agregator juga sudah mudah sekali. Namun yang membedakan dengan zaman saya dulu saat memulai Band adalah kami dulu lebih berhati-hati dalam menyiapkan materi dan memproduksi sebuah karya.
Karena teknologi tidak seperti sekarang, jadi kami harus menyiapkan materi sebaik mungkin, dan setelah jadi, karya yang dihasilkan sangatlah membanggakan dan lebih berasa memuaskan. Nah band-band sekarang mah terkadang terlalu fokus untuk terus berkarya tapi rencana dan segala macam tetek bengeknya tidak diformulasikan dan disusun secara matang.
Dengan kondisi yang serba terbatas saat ini dan susah untuk menggelar konser. Bagaimana rencana Jamrud untuk showcase album terbaru ini Kang? Apakah akan ada gelaran konser virtual khusus?
Kang Aziz: Kalo boleh jujur mah, Jamrud ini kan band yang sangat mengutamakan interaksi dengan penonton.
Saat pandemi kaya gini, kami memang beberapa kali manggung virtual yang berhadapan dengan layar, yang mana energi dan atmosfer dari penonton mustahil untuk didapatkan, palingan hanya dari kolom komentar.
Hal tersebut berbeda banget ketika kami manggung langsung di hadapan ribuan penonton yang memberikan motivasi dan menjadi bahan bakar buat kami di atas panggung.
Jadi alangkah lebih baiknya kalo kita semua bersabar dan berdoa semoga situasi yang terjadi saat ini dapat segera berakhir sehingga Jamrud bisa kembali menghelat pertunjukan dan dihadiri oleh Jamers dari seluruh Indonesia. Karena bagaimanapun Jamrud juga sudah kangen untuk bertemu dan bertegur sapa dengan kalian.
Ada pesan khusus kah Kang yang ingin disampaikan kepada para Jamers, khusunya melalui album terbaru ini?
Kang Aziz: Sebenernya tidak ada pesan yang gimana-gimana gitu sih ya. Kami cuma berusaha tetap berkarya dan produktif.
Terutama dalam rilisan kali ini, semua anak-anak (personel) juga ikut terlibat dalam setiap prosesnya karena segala urusan dari proses rekaman, promosi hingga distribusi kami kerjakan mandiri. Jadi serasa kaya anak muda lagi lah (tertawa bersama).
Penulis: Mohammad Farras Fauzi