Sriwijaya Air Jatuh, Teknologi Kapsul Penyelamat Ini Jadi Perbincangan di Media Sosial

Minggu, 10 Januari 2021 | 09:42
Flightradar24

Sriwijaya Air penerbangan SJ182 dilaporkan hilang kontak Sabtu (9/1/2021).

HAI-ONLINE.COM - Hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021), Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak diduga jatuh di perairan Kepulauan Seribu.Pesawat tersebut sempat mengalami keterlambatan 49 menit dari jadwal semula.Pesawat yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten itu dijadwalkan tiba di Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, pada pukul 16.04 WIB.Pesawat dilaporkan hilang setelah 4 menit lepas landas dengan ketinggian terakhir pada 250 kaki.Berdasarkan manifes yang beredar, pesawat tersebut mengangkut 56 penumpang yang terdiri dari 46 orang dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi, dan 6 kru.Tragedi kecelakaan pesawat sudah beberapa kali terjadi di Indonesia.Perbincangan soal keamanan penerbangan pun mencuat lagi, termasuk soal inovasi teknologi keamanan pesawat terbang.Sempat muncul video tentang teknologi keamananan penerbangan yang diciptakan oleh ilmuwan asal Rusia.Dalam video itu ditampilkan simulasi pesawat terbang komersil yang mengalami kecelakaan saat mengudara.Namun, desain kabin pesawat itu berbeda dari pesawat pada umumnya.Semua penumpang dimasukkan dalam sebuah kapsul yang terbuat dari bahan polimer.Kapsul itu seperti selubung yang terpisah dari badan pesawat.Saat pesawat itu mulai terbakar di bagian sayap kanan dan mengeluarkan asap hitam tebal, kapsul polimer tadi otomatis langsung terlepas keluar dari badan pesawat, dilengkapi parasut yang langsung mengembang.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Band Rock Fresh buat Lo Dengerin di 2021Saat badan pesawat tersebut, yang sudah tak lagi berisi penumpang, terus jatuh dan akhirnya meledak dan hancur.Kapsul yang berisi penumpang tadi mendarat aman di darat maupun di laut, karena sudah diterbangkan oleh dua parasut besar di atasnya.Bila jatuh di laut, kapsul itu langsung mengeluarkan sirip yang berfungsi sebagai pelampung.

Sehingga, kapsul itu langsung mengapung di air, sampai tim SAR dan pertolongan pertama tiba di lokasi.Lantas, bagaimana nasib pilot dan kopilot di dalam ruang pengendali pesawat? Video itu tak menjelaskannya.Namun, kemungkinan teknologi ini mengadaptasi pesawat militer, di mana pilot dan kopilot bisa langsung mengaktifkan tombol pelontar di kursi mereka, bila pesawat mengalami masalah dan akan jatuh.Penelusuran Wartakotalive, inovasi pesawat di dalam video ini ditemukan oleh Gamil Halidov, ilmuwan asal Rusia.Dikutip dari express.co.uk pada artikel berjudul 'Life-saving PLANE CRASH escape system is being IGNORED, says inventored' yang dipublikasikan pada 11 November 2015.Gamil Halidov mengaku pernah menawarkan teknologi hasil rancangannya tersebut kepada produsen pesawat besar yang nggak ia sebutkan namanya, namun ditolak mentah-mentah.Gamil Halidov merancang teknologi ini karena terinspirasi kecelakaan pesawat Metrojet dengan nomor penerbangan 9268, yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan Kogalymavia asal Rusia.Pesawat itu jatuh di Semenanjung Sinai pada 31 Oktober 2015, setelah lepas landas dari Bandara Sharm el-Sheikh di Mesir, menuju Bandara Pulkovo, St Petersburg, Rusia.Pesawat berjenis Airbus A321 itu mengangkut 217 penumpang dan tujuh kru pesawat, dan semuanya tewas ketika pesawat tersebut patah dan hancur di udara.

Jauh sebelum kecelakaan itu terjadi, Gamil Halidov bahkan mengaku sudah merancang ide kapsul dalam pesawat itu sejak tahun 2000.Kapsul yang dirancangnya terbuat dari bahan polimer, yang nggak hanya tahan tekanan udara, tetapi juga nggak bisa tenggelam atau terbakar.Dia memperkirakan, kapsul itu beratnya nggak akan lebih dari 2-4 ton, sehingga nggak akan signifikan mempengaruhi kinerja pesawat atau menambah konsumsi bahan bakar.Baca Juga: Aksi Risma Blusukan Temui Tunawisma dan Gelandangan Disorot, Budayawan Betawi Sebut Ada Kesalahan Informasi yang Sampai ke Mensos"Para desainer pesawat selalu meningkatkan konstruksi.""Tetapi mereka nggak melakukan apa pun untuk membantu menyelamatkan nyawa penumpang, ketika semuanya berjalan salah," ujar Gamil Halidov.Ia mengatakan, kapsul tambahan rancangannya itu bakal menambah biaya ongkos pembuatan pesawat sebesar lima hingga tujuh persen.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Kapsul Ini Diperbincangkan Lagi, Bisa Selamatkan Nyawa Penumpang

Tag

Editor : Alvin Bahar