Nggak Cuma Bikin Melek, Kopi Bisa Digunakan buat Deteksi Dini Gejala Covid-19 Juga Lho

Senin, 21 Desember 2020 | 19:00
Pexels/Foodie Factor

Ilustrasi kopi

HAI-ONLINE.COM - Aroma kopi yang kuat dan khas ternyata nggak cuma bisa ningkatin fungsi saraf, tetapi juga bisa dimanfaatkan buat alat diagnosa gejala Covid-19, sob. Berdasarkan tinjauan pada literatur ilmiah DCN baru-baru ini, ternyata kopi dapat digunakan sebagai barometer timbulnya infeksi Covid-19 lho! Yuk simak penjelasannya. Dalam studi terbaru, 50-80 persen orang yang positif terkena Covid-19, kemampuan penciumannya pun berkurang. Nah kabar baiknya, kebanyakan orang yang menderita anosmia karena Covid-19 pada akhirnya bisa memulihkan indera pengecap dan penciuman sepenuhnya dalam waktu sekitar 14 hari. Nah di sisi lain, seperti yang udah kita tahu, Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat sudah mencantumkan hilangnya indera penciuman atau anosmia sebagai salah satu gejala paling umum dari Covid-19. Mengingat prevalensi anosmia di antara pembawa Covid-19 sangat tinggi, beberapa dokter mendesak orang-orang untuk mulai mencium aroma kopi.

Baca Juga: 8 Foto Rockstar Gahar Saat Berpakaian Normal, dari Mirip Pelawak Hingga Bapack-Bapack"Salah satu hal yang dapat dilakukan dengan sangat mudah, secara obyektif oleh seseorang di rumah adalah dengan mengambil kopi bubuk, dan melihat seberapa jauh kita masih bisa mencium aromanya,” jelas Profesor James Schwob dari Fakultas Kedokteran Tufts University di Massachusetts, Amerika Serikat, sebagaimana dilansir dari Kompas.com. "Atau, lakukan hal yang sama dengan alkohol atau sampo yang kita punya." "Jika hidung tidak tersumbat, tapi kita kesulitan mengenal aroma lain, mungkin kita harus segera melakukan tes," imbuh dia. Sedangkan Direktur Smell and Taste Center di Fakultas Kedokteran Pennsylvania University, Richard Doty yang ikut memberikan penjelasannya, mengatakan, jika kita menemukan kopi tidak memiliki rasa dan cokelat tidak memiliki rasa selain pahit atau manis, maka kita telah kehilangan penciuman.

"Saat kita mengunyah makanan, molekul naik melalui tepi rongga hidung untuk mencapai reseptor penciuman di bagian atas hidung,” ujar dia."Oleh karena itu, hal-hal seperti kopi dan cokelat tidak memiliki 'rasa'," lanjutnya. Peneliti menerapkan metode ini pada skala yang lebih ketat, menggunakan kopi dalam tes olfaktorius untuk penciuman. Sementara itu, artikel terbaru di jurnal medis Inggris BMJ juga mendorong praktisi medis untuk menggunakan kopi sebagai alat diagnostik. Artikel BMJ lainnya mencakup pengalaman orang pertama dari ahli saraf, Brasil Sofia Mermelstein, yang menduga dia mungkin terinfeksi virus corona setelah dia kehilangan kemampuannya mencium kacang Brasil segar. Sebagai bagian dari upaya yang lebih luas di awal semester ini untuk menjaga keamanan kampus selama kelas tatap muka, Penn State University College of Agricultural Sciences sudah menggunakan metode ini. Di kampus disiapkan alat "Pemeriksaan Bau Harian" yang meminta mahasiswa untuk minum kopi setiap hari. Tentu saja, mencium aroma kopi bukanlah ilmu yang sempurna, dan tidak boleh disalahartikan sebagai tes kesehatan yang sah. Dia menyarankan anosmia menjadi satu-satunya prediktor terbaik untuk diagnosis Covid-19. "Kehilangan penciuman sangat spesifik untuk Covid-19, tetapi tidak semua orang dengan infeksi SARS-CoV-2 melaporkan kehilangan penciuman," tutur dia. "Secara kritis, bisa mencium sesuatu tidak berarti kita terbebas dari Covid-19, sekalipun itu mencium aroma yang kuat dari kopi," imbuh dia.

Penulis: Hanif PanduArtikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali Tanda Infeksi Covid-19 Pakai Kopi, Begini Caranya "

Tag

Editor : Alvin Bahar