Tips Biar Nggak Terjebak Toxic Positivity, Salah Satunya Terima Kekurangan Diri

Rabu, 28 Oktober 2020 | 19:55
phototechno

Pikiran dan hati tidak melulu tentang hal-hal positif seperti "Aku harus kuat!"

HAI-Online.com - Beberapa orang ada yang mencoba mengatasi perasaan tidak nyaman dengan selalu berpikir positif dan menyemangati diri sendiri.

Sebagian orang bahkan sampai menyangkal memiliki perasaan negatif karena beranggapan bahwa mencoba berpikir positif dapat membuat dirinya lebih baik.

Padahal, tidak ada salahnya mengakui emosi negatif tersebut asal tidak larut dan menyerah ke dalamnya.

Selalu merasa positif malah bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental.

Hal ini dikenal dengan istilah toxic positivity.

Psikolog klinis dewasa Alfath Hanifah Megawati mengatakan, toxic dalam positivitas terjadi saat perasaan tidak nyaman tidak diakui.

Ini seolah tidak memberi ruang untuk perasaan lemah, sakit, atau menemui kegagalan.

Sebaliknya, pikiran yang tertanam adalah harus selalu positif, benar, dan menang.

Baca Juga: 5 Ungkapan yang Perlu Dihindari biar Nggak Terjebak Toxic Positivity

Situasi ini membuat seseorang memendam dan menahan perasaan tidak nyaman di alam bawah sadarnya.

Lama kelamaan hal itu bisa menghancurkan dirinya.

Padahal sebagai manusia, merasa tidak nyaman, sakit, gagal, lemah adalah hal yang wajar. "Perlu diingat, kita tidak bisa selalu bahagia dan selalu nyaman dalam hidup," ujar psikolog yang akrab disapa Ega saat dihubungi Kompas.com.

Ditambahkan olehnya, mengakui diri sedang lemah, terpuruk, tidak senang, sakit, gagal, kadang malah justru diperlukan.

Namun bukan berarti harus terus terjebak dalam perasaan negatif. Perlu juga untuk mengakui kekuatan di dalam diri untuk mengatasinya.

"Cari tahu apa yang bisa dilakukan untuk membuat diri merasa lebih baik. Ini step yang penting juga," kata Ega.

Cobalah untuk memvalidasi dan ajak diri melakukan suatu aksi sehingga kenyamanan diri bisa dirasakan kembali.

Dengan begitu, toxic positivity bisa dihindari sekaligus bangkit dari keterpurukan. (*)

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya