Sempat Gedek Baca Isu Tentang Dirinya, Ivan Gunawan sampai DM Langsung Akun Instagram Gosip
HAI-Online.com-Tetiba nama Ivan Gunawan naik di media sosial, berdempet dengan klausa Toxic Masculinity yang jadi pembahasan banyak orang.
Nah, jika sebelum-sebelumnya, ada istilah toxic family, toxic relationship, dan toxic-toxic lainnya, yang lagi hangat dibahas saat ini adalahtoxic masculinity.
Kejadian ini bermula ketika salah satu pengguna Twitter pada Sabtu (22/8/2020) kemarin membagikan potongan video podcast dari Deddy Corbuzier yang mewawancarai Ivan Gunawan.
Baca Juga: Jadi Dambaan Wanita, Ini 12 Cara Mengubah Diri dari Cowok Biasa Menjadi Pria Alfa yang Keren Total
Dalam video singkat itu Ivan Gunawan nampak memberikan jawaban terkait ungkapan Deddy Corbuzier yang menyebut harusnya maskulinitas atau ciri kejantanan laki-laki itu nggak melakukan kardio dan squat, karena latihan seperti itu untuk membentuk bagian tubuh wanita.
Ivan menjawab nggak setuju jika Deddy membeda-bedakan soal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan lelaki.
Perdebatan berlanjut, Ivan membalikkan nahaimana jika eyeliner dan eyeshadow itu identik untuk perempuan, apakah lelaki yang bekerja sebagai magician atau seorang metalhead jadi nggak jantan karena pakai dua alat makeup wajah itu?
Atas jawaban yang menohok itulah, tetiba dukungan atas perkataan Ivan Gunawan itu melejit. Banyak yang mengucap "I stand with Ivan Gunawan" lantaran ucapannya itu melawan kebiasaan masyarakat soal toxic masculinity.
Lantas, apa sebenarnyamaknatoxic masculinityatau racun (pemahaman keliru) yang menjadikan ciri kejantanan laki-laki versi adu bicaranya Ivan Gunawan di podcast Om Deddy Corbuzier itu? Apakah kamu pernah mengalaminya juga?
Jadi, makna maskulinitas beracun ini sangat luas. Tapi kalau mau disederhanakan, gampangnya,toxic masculinityini adalah beberapa cara ekspresi maskulinitas yang sifatnya destruktif, karena menggunakan cara pandang terhadap makna gender laki-laki yang terlalu sempit.
Biasanya, cara pandang yang sempit ini menganggap bahwa laki-laki harus mengambil peran yang dominan (atau disebut juga “alpha male”), kuat secara fisik, tidak boleh mengekspresikan perasaan sedih secara terbuka, lihai dalam hal-hal seksualdan seterusnya.
Nah, pandangan sempit standar “laki-laki” ini bisa sangat berbahaya secara psikologi. Pasalnya, ada banyak cowok yang jadi galau, murung, pendiam, juga
denialsama diri sendiri, dan bahkan depresi, karena merasa nggak cukup bisa mengekspresikan dirinya sendiri.
Selain itu,toxic masculinityini juga berkontribusi terhadap kecenderungan laki-laki untuk menjadi agresif dan punya sikap negatif terhadap perempuan. Diskriminasi berbasis gender juga bisa berasal dari racun pemahaman ini.
Karena itu, untuk bisa seimbang dan setara dalam sosial gender, kitajangan membatasi diri untuk mengekspresikan emosi dan tahu cara mengontrolnya juga. Serta paling penting juga adalah mengenal dulu dasar masing-masing kelamin agar tidak sampai menyalahi kodrat ajaran yang selama ini udah dipegang.
Sebaik-baiknya manusia kan seimbang urusan sama manusia lain dan urusan sama Tuhannya. (*)