Wawancara Eksklusif HAI dengan Bruno Major: Cerita Soal Album Baru dan Alasan Java Jazz 2020 Jadi Gig Istimewa Buatnya

Sabtu, 13 Juni 2020 | 12:48
LoveDa Indonesia

Bruno Major

HAI-Online.com - Melalui album debut 'A Song For Every Moon' pada 2017 lalu, penyanyi asal Inggris, Bruno Major, berhasil membuat gelombang pujian baru atasnya melalui 12 track yang bernuansa syahdu.

Dengan perpaduan lirik lembut dan menyentuh hati tersebut, kini musisi 30 tahun mendapatkan beberapa penggemar dari kalangan nama besar, salah satunya Finneas (produser yang juga kakak kandung Billie Eilish), yang mengulurkan tangan untuk berkolaborasi dalam sebuah lagu untuk album studio kedua yang punya judul 'To A Good Thing Die'.

Telah sukses dirilis ke para pendengar secara digital awal Juni kemarin, album ini masih menyimpan wajah kegetiran dalam nada maupun liriknya, yang menjadi formula yang sukses menyentuh sanubari pendengar dengan album debutnya.

Dan pada 13 Juni kemarin, HAI berkesempatan untuk ngobrol bareng musisi yang tengah naik daun ini lewat video call eksklusif.

Kami menanyakan serba-serbi dari album barunya dan gig terakhirnya sebelum terjebak di situasi rumah aja. Dan kebetulan, panggung tersebut adalah Java Jazz Festival 2020 yang dihelat Ferbuari lalu di Jakarta.

Baca Juga: Banyak yang Bilang Cewek Ini yang Nyebarin Virus Corona Gara-gara Makan Kelelawar, Tapi Sebenarnya Apa Fakta dan Nasib Dirinya Sekarang?

Langsung aja nih, sob. Berikut Q&A HAI dengan Bruno Major.

Q: Hai, Bruno! Kamu baru aja merilis album studio kedua 'To Let A Good Things Die'. Ceritain dong proses pengerajaannya dan proses yang paling membedakannya dari pembuatan album debut-mu.

A: Di pembuatan album pertama, saya semacam punya keinginan kuat untuk menghasilkan lagu tiap bulannya, dan merekam serta merilisnya per bulan. Dan itu sangat sulit karena saya jadi hanya punya waktu mepet untuk memproses masing-masing lagu. Jadi, ketika tiba saatnya untuk membuat 'To Let A Good Things Die', saya mau ngasih banyak waktu yang dibutuhkan dan memastikan semua yang saya lakukan telah sempurna. Dan album ini bisa dibilang menjadi karya pertama saya yang nggak ingin saya ubah sedikitpun.

Q: Apa gagasan yang hendak kamu sampaikan melalui judul 'To Let A Good Things Die' yang melankolis ini? Dan seberapa besar tema album ini mencerminkan mood dan pikiranmu saat ini?

A: Itu sesungguhnya punya dua arti bagi saya. Pertama adalah tentang hubungan yang sedang saya jalanin bersama kekasih di masa album ini dibuat. Ketika itu, betapa pun kita ingin hubungan ini berlangsung lama, namun kenyataan berkata lain dan kita harus terpisah antar jarak dan waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang harus dipetik, bahwa terkadang segala sesuatu tetap terjadi bahkan ketika kamu nggak mengingikannya demikian, dan kamu harus menerimanya bagaimanapun juga. Dan itu adalah hal yang nyata dalam hidup. Namun, bagaimana pun hidup tetap indah dalam segala ketidakpastiannya.

Arti kedua dari judul ini adalah tentang proses kreatif yang saya alami di masa sebelum album pertama hingga sekarang ketika album 'To Let A Good Things Die' berhasil dirampungkan. Dan semua proses itu terasa seperti sebuah tahap kreatif yang besar bagi saya. Dan dengan album kedua selesai kedua, untuk album ketiga saya akan mencoba hal yang sepenuhnya baru dan berbeda dari sebelumnya.

Q: Apakah kamu punya tips untuk mereka yang ingin terus memperoleh inspirasi dalam bermusik di momen-momen menjemukan seperti sekarang ini?

A: Saya rasa ada baiknya untuk membiarkan segala sesuatu mengalir dan nggak memaksakan inspirasi untuk selalu hadir di kepala kamu. Jangan membuat diri kamu terpaksa dalam menciptakan karya seni. Dan saya rasa lebih baik untuk tidak memperlakukan pekerjaan kreatif seperti ini layaknya sebuah pekerjaan kantoran, karena setidaknya itu cara yang berhasil buat saya. Kadang-kadang, saya bisa istirahat bikin lagu selama empat hingga lima bulan, tapi kemudian saya kembali menulis tiga lagu dalam sehari dan setiap hari. Jadi, ini semua adalah tentang bagaimana memastikan kamu menikmati hidupmu dengan baik dan menghasilkan yang terbaik dari hal tersebut. Jadi, santai saja, bro!

Q: Untuk kamu sendiri, apa arti dari situasi karantina ini bagi kamu dalam konteks menciptkan musik? Apakah kondisi semacem ini justru memberikan kamu momen istimewa di mana semua inspirasi musik mengalir?

A: Sesugguhnya, adalah hal sulit bagi saya untuk menciptkan musik baru ketika sedang dalam kondisi riuh, sehingga saya memang harus punya waktu khusus untuk melakukannya. Karena 18 bulan terakhir saya disibukkan dengan tur dan proses rekaman, maka saya nggak banyak punya waktu menulis materi baru. Sementara, momen (karantina) menjadi hal yang cukup baik bagi saya karena saya bisa mengunjungi orang tua saya, mencari perspektif lain sampai akhirnya punya waktu untuk menulis beberapa lagu baru. Jadi, masa karantina ini bisa dibilang sebagai penanda dari album ketiga saya kelak.

Q: Gimana perasaan kamu saat nanti kembali manggung paska hiatus, menyapa para penggemar dan menyajikan lagu-lagu di album barumu langsung ke hadapan mereka?

A: Saya nggak sabar untuk kembali ke panggung dan ini memang terasa telah lama sekali. Penampilan terakhirku adalah Festival Java Jazz dan itu merupakan pertunjukan yang istimewa buat saya. Saya sangat merindukannya. Saya selalu merasa dalam karya seni apapun, kamu harus selalu pergi keluar dan menyuguhkannya ke orang-orang. Begitu pun dengan album saya. Saya sedih karena nggak bisa tampil dalam waktu dekat, tapi di satu sisi saya sadar bahwa keselamatan dan kesehatan semua orang adalah yang terpenting di saat ini.

Q: Dalam wawancara terbaru kamu dengan Rolling Stone, kamu juga sempat mention tentang pengalamanmu manggung di Festival Jazz Festival pada Februari lalu yang kamu sebut sebagai pengalaman istimewa, apa sebenarnya hal-hal apa yang membuat kamu terpukau dan begitu menikmati pangggung dalam show ini?

A: Saat itu, saya benar-benar mendapat luapan energi dari para penonton di Jakarta. Itu terasa seperti perbincangan dua arah di mana mereka menyalurkan cinta dan kehangatan mereka dan saya memberikannya kembali ke mereka. Memang selalu menjadi hal yang istimewa datang ke tempat yang jauh dari rumahya dan justru kamu bisa menemukan cinta di sana.

Java Jazz merupakan gig yang luar biasa, saya pun ingat ketika keitka mereka mulai membuka gerbang, banyak orang yang berlari dan berteriak. Dan saya ingat ada sekitar empat ribu dalam ruangan menyaksikan saya. Dan mengingat itu merupakan gig terkahir saya sampai sejauh ini, itu membuatnya show tersebut semakin berkesan buat saya.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya