Antibodi 47D11 Telah Diuji Coba ke Tikus, Efektif Netralkan Virus Corona

Rabu, 13 Mei 2020 | 08:07
NYTimes

Antibodi 47D11 Telah Diuji Coba ke Tikus, Efektif Netralkan Virus Corona

HAI-Online.com-Sampai saat ini belum ada kabar gembira yang signifikan dalam dunia kesehatan terkait pemusnahan virus COVID-19.

Padahal, manusia yang diserang di berbagai dunia terus menerus mengalami pelonjakan angka terjangkitnya, mereka yang sehat juga sudah tidak tahan dengan kondisi menghindar alih alih melawan corona dengan mengisolasi diri di rumah aja.
Meski begitu, para ilmuwan terus berupaya untuk menemukan formula yang tepat yang bisa menghalangi atau paling tidak menahan virus corona agar tidak berkembang dalam tubuh inangnya.
Dalam hal ini, perlu setidaknya antibodi yang sanggup menghentikan pergerakan COVID-19 dalam memengaruhi kesehatan warga dunia.
Nah, ada secercah harapan yang dihembuskan dari parapeneliti di Utrecht University dan Erasmus Medical Centre di Belanda serta perusahaan Harbour BioMed (HBM) yang mengklaim bahwa mereka telahberhasil menemukan cara efektif untuk mengobati Covid-19 dengan menggunakan Antibodi 47D11.
Antibodi ini, menurutprofesor Berend-Jan Bosch, penulis utama studi 47D11 itu, mengatakan bahwa antibodi tersebut menargetkan lonjakan protein untuk menyerang mahkota pada virus corona.
Mahkota inilah yang menempel pada manusia lalu memasukkan materi genetik agar bisa berkembang biak di tubuh inangnya.

Ilustrasi antibodi covid-19

Jika antibodi 47D11 diinjeksikan,ia akan masuk ke titik kunci pada sel manusia dan membuat salinan dirinya sendiri untuk menyebar ke seluruh tubuh.
Setelah itu, antibodi ini akan mengikat enzim ACE2, yaitu reseptor Covid-19 saat menginfeksi manusia.
Meski belum terbukti sukses menetralkan virus corona pada tubuh manusia, antibodi ini telah lebih sulu berhasil menetralkan virus Covid-19 yang terdapat pada Tikus Percobaan lab.
"Antibodi yang menetralkan ini punya potensi membalik arah infeksi pada tubuh pasien, mendukung pembersihan virus atau melindungi orang yang belum tertular dari virus ini," kata Bosch, dilansir HAI dariMetro.
Ternyata, para peneliti ini sudah melakukan riset antibodi 47D11 iniselama hampir 20 tahun, dimulai sejak wabah virus SARS.
"Penemuan ini jadi dasar yang kuat untuk riset lanjutan untuk melihat karakter antibodi ini dan memulai pengembangan sebagai pengobatan COVID-19," kata Profesor Frank Grosveld dari Erasmus Medical Centre di Rotterdam melengkapi pernyataan Bosch.
Meski begitu, mereka nggak mau gegabah. Padalnya, ujicoba pada tikus tentu bakal berbeda dengan manusia. Karena itu, masih dibutuhkan penelitian lanjutan agar antibodi ini bisa betul-betul digunakan di tubuh manusia.
"Masih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk menilai apakah antibodi ini dapat melindungi atau mengurangi keparahan penyakit corona pada manusia," ujar Jingsong Wang, pendiri dan CEO Harbour BioMed.
Masih harus bersabar dan menunggu lagi. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya