Menengok Kembali Fenomena Sobat Ambyar, Fans Muda Didi Kempot yang Bukan Karbitan

Selasa, 05 Mei 2020 | 10:16
HAI/Ricky Nugraha

Didi Kempot saat tampil di acara Ngobam

HAI-online.com - Meninggalnya Didi Kempot pada Selasa (5/5/2020) jelas bikin Sobat Ambyar (fansnya, RED) terpukul berat.

Yap, para fans Didi Kempot yang tergolong berusia muda tersebut memang sangat setia. GelarGodfather of Broken Heart dan Lord Didi pun lahir dari mereka.

Lagu-lagu lawasnya pun kembali populer di kalangan anakmuda yang menyebut diri mereka sebagai sadboy, sadgirl maupun sobat ambyar.

Sebuah fenomena unik dan agak ganjil memang. Kenapa Didi Kempot dengan lagu Campursari berbahasa Jawanya bisa melejit dan disukai banyak kalangan? Cuma karbitan doang?

Laelatus Syifa, seorang psikolog dari Universitas Sebelas Maret Solo mengatakan bahwa fenomena kembalinya Lord Didinggak lepas dari peran sosial media.

Baca Juga: Makna 'Kempot' di Nama Didi Kempot: Ternyata Singkatan

"Menurut saya, ini efek dari media sosial yang bisa memviralkan keasikan lagu Didi Kempot yang berbeda dengan lagu-lagu sekarang. Lagu Didi Kempot punya ciri khas tersendiri daripada musik saat ini," ungkap Syifa kepada Kompas.com.

Fungsi media sosial yang memviralkan lagu Didi Kempot berperan besar dalam menaikkan trend lama yang sudah berlalu.

Apalagi, lagu-lagu lama dirasa lebih mampu memberikan sensasi luapan perasaan seseorang.

Jika berbicara lagu Didi Kempot yang sarat patah hati dan kesendirian, Syifa menduga lagu-lagu pedih ini mampu menjadi perwakilan perasaan insan muda.

"Kalau dalam ilmu psikologi, seni memang bisa digunakan untuk mengekspresikan emosi. Istilahnya katarsis emosi," imbuh Syifa.

Meski banyak para milenial mulai menggemari Didi Kempot dan lagu-lagunya, Syifa menilai mereka bukan penggemar musiman yang hanya bertahan dalam waktu singkat dan ikut-ikutan trend.

"Bisa jadi memang karena viral, kemudian anak-anak muda menemukan sensasi unik dari karya-karya Didi Kempot. Bisa dikatakan, ini rasa lama yang fresh kembali di antara lagu-lagu patah hati yang itu-itu saja," ujar Syifa.

Selain itu, sebuah studi yang diterbitkan ilmuwan Jepang di Frontiers In Emotion Science (13/6/2013), juga mengungkap bahwa manusia cenderung senang mendengar lagu sedih seperti tembang Didi Kempot.

Perasaan senang dan damai setelah mendengar lagu sedih adalah hal wajar karena sesekali kita ingin ikut merasakan emosi sedih dengan mendengar lagu sedih. Ketika harapan itu tercapai, kemudian kita merasa puas dan senang.

Ada perasaan-perasaan ambigu yang membuat lagu sedih dengan bahasa apapun nyaman untuk dinikmati.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Dari Kacamata Psikolog, Sobat Ambyar Didi Kempot Bukan Fans Musiman."

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya