Bagaimana tidak, dua mahasiswi asal Buleleng, Bali yaitu Ni Ketut Ayu Saras Dewi (19) dan Ni Putu Santhi Wulandari (19) inisiatif meminta untuk dikarantina selama 14 hari.
Meski keduanya telah dinyatakan lolos dari pemeriksaan di Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, kedua mahasiswi Semester II Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI) Denpasar ini tetap sadar diri untuk meminta jalani rapid test dan dikarantina setibanya di Singaraja.
Baca Juga: Curhat Guru Ngajar Online: Terkendala Fasilitas Sampe Ditinggal Mabar
Jika hendak ditracing, Ketut Ayu Saras Dewi dan Putu Santhi Wulandari ini pulang dari KL, Malaysia dan tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai, pada Minggu (12/4) malam pukul 22.55 Wita.
Selama perjalanan dari KL-Jakarta-Bali, kedua mahasiswi berusia 19 tahun ini tidak mendapat layanan rapid test, sepert yang didapatkan para Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bali yang pulang dari luar negeri.
Keduanya hanya diminta mengisi buku ‘Kuning’ riwayat perjalanan dan cek suhu tubuh oleh petugas di bandara.
Begitu pulang ke Singaraja, Ketut Ayu Saras Dewi (asal Desa Unggahan, Kecamatan Seririt, Buleleng) dan Putu Santhi Wulandari (asal Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng), tidak langsung istiharat ke rumahnya masing-masing.
Tidak pulang ke rumah
Keduanya berinisiatif mendatangi tempat karantina khusus PMI asal 17 kelurahan se-Kecamatan Buleleng, yakni di SDN 1 Banjar Jawa, Singaraja, Senin (13/4) dinihari sekitar pukul 01.00 Wita.
Kedua mahasiswi ini minta di-rapid test dan ikut karantina di SDN 1 Banjar Jawa, yang satu lokasi dengan SDN 2 Banjar Jawa dan SDN 6 Banjar Jawa di Jalan Ngurah Rai Singaraja.
"Akhirnya, saya pilih ikut Santhi Wulandari saja masuk karantina di Singaraja (SDN 1 Banjar Jawa). Sambil menunggu di-rapid test, nanti tergantung kebijakan pemerintah, apakah saya harus ke desa atau isolasi di sini? Bagi saya, tidak masalah,” cerita Saras Dewi saat ditemui tim NusaBali di SDN 1 Banjar Jawa, Senin siang.
Saras Dewi dan Santhi Wulandari masih menunggu giliran di-rapid test.
Berangkat Magang di saat Virus Corona mulai datang
Nah, keduanya menceritakan, mereka sudah menjalani masa magang di KL sejak November 2019 lalu yakni awal-awal virus ini hadir di daerah Tiongkok sebelum akhirnya menyebar ke segala penjuru.
Baca Juga: Begini Wujud Topeng Anti Virus Buatan Apple untuk Dipakai Pejuang Medis
Sedianya, masa magangnya baru berakhir Mei 2020 mendatang. Namun, karena Malaysia menerapkan kebijakan lockdown, kedua mahasiswi magang ini harus dipulangkan lebih cepat ke Bali, seperti halnya para pekerja migran.
Menurut Saras Dewi, mereka pulang dari Malaysia bersama rombongan berjumlah 10 orang yang juga asal Bali. Dari Kuala Lumpur, mereka transit di Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng, Tangerang, Banten guna berganti pesawat untuk ke terbang lagi ke Bali.
Nah, selama perjalanan dari Kuala Lumpur hingga tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Minggu malam pukul 20.55 Wita, mereka bersama rombongan asal Bali berjumlah 10 orang tidak ada di-rapid test.
Ayu Saras dan Santhi Wulandari hanya menjalani pengecekan suhu tubuh dan diminta mengisi buku ‘Kuning’ soal riwayat perjalanan.
Merasa tak bebas dari virus corona, keduanya meminta dikarantina untuk kesehatan bersama. (*)