Gara-gara Vape, Remaja Ini Harus Hidup dengan Paru-paru Buatan

Kamis, 21 November 2019 | 18:25
Pixabay/sarahjohnson1

Ilustrasi vape

HAI-Online.com - Masih banyak mengira kalau penggunaan vape lebih aman untuk kesehatan dibanding rokok tradisional. Padahal, perbedaan utama keduanya hanya pada tembakau.

Menurut hellosehat, hanya rokok tradional yang mengandung tembakau sementara vape umumnya nggak ada. Tapi, bukan berarti hal tersebut jadipatokan kalau rokok lebih bahaya sementara vape aman-aman aja.

Baca Juga: Bobobox Buka Penginapan Kapsul di Jakarta, MillennialTraveler Harus Coba!

Ada banyakkandungan di dalam vape dan rokok yang bisa membahayakan bagi kesehatan. Hal ini lah yang dialami oleh remaja asal Inggris, bernama Ewan Fisher baru-baru ini.

Seperti yang dikabarkanThe Guardian, remaja berusia 19 tahun tersebut hampir kehilangan nyawa karena memiliki kebiasaan menghisap vape.

Ia mengaku sudah nge-vape kurang lebih selama lima bulan dan dalam sehari bisa 10 sampai 15 kali. Sebelumnya, Fisher selalu menggunakan rokok biasa.

"Akuberalih ke vaping karenaaku pikir itubakal lebih sehat dan aku suka tinju, jadi saat itu aku ingin merasa bugar," ceritanya.

Baca Juga: Gagal Dapat Nilai 90 di Kelasnya, Dua Bocah SD Kabur dari Rumah Karena Takut Dimarahi Ortu

Karena hal itu lah, Fisher mengalami gagal pernafasanhingga dinyatakanmenderitapeneumintis hipersensitif.

Peneumintis hipersensitif sendiri merupakan tipe reaksi alergi yang disebabkan karena adanya inflamasi pada jaringan paru-paru. Bahkan, saking parahnya kondisi Fisher, dokter sampai memberikancorporeal membrane oxygenationalias paru-paru eksterior buatan untuk memasukkan oksigen ke dalam darah dan memompanya ke tubuh.

Saat 10 hari dirawat, kondisinya sempat menjadi kritis dan mengalami pelemahan otot. Namun kini setelah 14 bulan, Fisher sudah mulai pulih.Baca Juga: 10 Universitas Terbaik di Indonesia dalam Bidang Penelitian, Kampus Lo Ada Nggak?

Kasus yang dialami Fisher ini tentu bukan satu-satunya yang pernah terjadi. Beberapa kasus remaja yang hampir mati akibat vape juga kini banyak ditemukan di rumah sakit.

Dr Jayesh Mahendra Bhatt, yang merawat Fisher menyampaikan ada dua pelajaran yang bisa diambil dari kasus tersebut. Yang pertama yaitu orang-orang kini harus lebih memikirkan risikonya terlebih dulu sebelum merokok atau nge-vape, apalagi untuk orang yang punya sakit pernafasan.

Lalu, anggapan kalau vape lebih aman dibanding rokok tersebut harus dihilangkan karena justru bisamembahayakan kesehatan masyarakat secara umum.

Sebab, kebiasaan tersebut dikabarkan telah membuat hampir 220 kematian per harinya di Inggris. (*)(Lubna Shafira/HAI)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya