Fadli Zon Saat SMA Pernah Kritik Musik Metal di Kolom HAI: Dengerin Slayer, Kepala Jadi Berat

Kamis, 26 September 2019 | 12:31
HAI

Fadli Zon sekarang dan ketika SMA

HAI-ONLINE.COM - Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang namanya belakangan sering diberitakan di media massa, ternyata memang sudah lama doyan membuat pro dan kontra, terutama dalam hal menyuarakan pendapatnya.

Pada November 1990, Fadli Zon yang kala itu masih bersekolah di SMA 31 Jakarta Timur merupakan pembaca setia majalah HAI dan aktif menulis di kolom pembaca. Lewat tulisannya yang berjudul"Siapa Hakim, Siapa Terdakwa"di rubrik OK (kolom pembaca) HAI terbitan 20 November 1990, Fadli Zon mengkritik remaja yang suka musik metal.

Pria berusia 48 tahun ini, membuka tulisannya dengan membandingkan selera musiknya, yang kebetulan adalah musik klasik, dengan musik metal. Dia mengambil Slayer sebagai contohnya.

Setelah mendengar Symphony No. 2 dari Rachmaninoff atau Symphony No. 13 Beethoven, kita akan merasa tenteram dan damai. Tapi setelah Slayer beraksi dengan musik metalnya, kepala akan jadi berat…

Baca Juga: Seorang Pelajar Tewas Saat Perjalanan Menuju Demo di Gedung DPR

Dengan bahasa tulisan yang tegas dan tak bertele-tele, ia melanjutkan protesnya kepada musik metal yang merupakan asumsinya atas pengalaman pribadi menjadi salah satu penerima beasiswa pertukaran pelajar Indonesia – Amerika (AFS) di Halandale High School, Texas. Hal yang pertama diserangnya adalah soal “dandanan khas” anak metal di Amrik.

…Tak pemah ada penonton konser musik klasik tampil dengan rambut panjang dicat hijau. Muka dipermak seperti badut, kalung bergayutan, kaca mata hitam, gelang, dan tato berserakan. Konser musik heavy metal selalu ingar bingar. Bau alkohol, pakaian seronok, padat kepulan asap rokok….

Sebagai anak SMA, Fadli Zon sepertinya memang tergolong cerdas. Ia sangat teliti melakukan pengamatan. Sampai-sampai ia menelaah dulu apa isi yang terkandung di dalam lagu-lagu metal sebelum menulis opininya. Lalu ia menghubungkan kembali kepada apa yang terjadi pada teman-teman di sekolahnya waktu itu. Lebih lanjut, ia menulis:

…Ada kata-kata yang menyuruh orang meninggalkan agama. Ada yang menganjurkan bunuh diri, isap ganja, obral alkohol dan narkotik. Kadang semua itu terselubung di balik kata yang diucapkan terlalu cepat. Pada grup-grup metal lain,memang tak separah Slayer. Tapi grup Guns N'Roses, Poison, Metallica juga tak luput menggunakan kata jorok, semisal F (maaf tak saya buat komplet). Di Amerika, pecandu heavymetal stereotipe-nya adalah terlibat obat penenang narkotik, alkohol, dan seks bebas. Mereka juga anti melaksanakan ajaran agama. Pelajar-pelajar pecandu musik ini terbelakang dalam pelajaran karena ketidakpedulian yang tinggi. Tak sedikit yang tinggal kelas, bahkan sampai bertahun-tahun. Mereka suka sekali memakai kaos hitam bergambar tengkorak. Atau gambar setan yang menjulurkan lidahnya…

Di akhir tulisannya, ia kembali mengingatkan lewat kolom opini itu, bahwa remaja harusnya jangan “latahan”dalam menikmati musik metal.

…Kita memang paling sering latah. Hingga tak tahu mana yang indah dan jelek, mana yang baik dan buruk. Karena latah, kita hanya tahu bentuk. Bahwa yang begini itu 'modern', dan yang begituitu 'barat’. Kita hanya kenal kehura-huraannya…

Begitulah tulisan Fadli Zon sebagai pelajar di kolom opini Majalah HAI tahun 1990. Penuh idealisme dan protes terhadap kemerosotan moral. Namun zaman berubah, dan orang pun bisa berubah.

Nama Wakil Ketua DPR Fadli Zon saat ini justru jadi omongan banyak orang. Gara-gara omongannya mengomentari aksi mahasiswa pada 23-24 September. Nyebut-nyebut kalo aksi mereka ditunggangi.

Sudahkah Pak Fadli Zon dan rombongan tergolong kaum yang “latah”? Yang – seperti yang ditulisnya dulu - tak tahu mana yang indah dan jelek, mana yang baik dan buruk.

Tag

Editor : Alvin Bahar