10 Hal ini Mungkin Terjadi Kalau Media Sosial Nggak Pernah Ada

Jumat, 20 September 2019 | 12:30
iStockphoto

Ilustrasi media sosial

Hai-online.com- Keberadaan media sosial memang sudah seperti kebutuhan sehari-hari. Selain jadi kebutuhan berkomunikasi, media sosial juga bisa menjadi lapangan kerja.

Karena sudah melekat dengan kehidupan sehari-hari, pernah nggak sih sob membayangkan bagaimana jadinya seandainya media sosial nggak pernah diciptakan?

HAI merangkum dari Reader's Diggest, ini dia nih 13 hal yang akan terjadi kalau media sosial nggak penah ada.

Kita menjadi lebih bahagia

iStockphoto
airdone

ilustrasi bahagia

Riset 2015 dari Happiness Research Institute Kopenhagen terhadap sekitar 1000 peserta membuktikan, tanpa media sosial manusia merasa lebih bahagia.

Setelah satu minggu hidup tanpa Facebook, para peserta justru memiliki tingkat kepuasan hidup yang secara signifikan lebih tinggi.

Peserta nggak hanya lebih bahagia, mereka juga merasa lebih antusias dan menikmati hidup.

Menemukan jodoh dengan cara kuno

iStockphoto
Ivanko_Brnjakovic

ilustrasi jodoh

Di zaman serba canggih ini, menemukan teman kencan sangat mudah. Kita bisa memanfaatkan aplikasi kencan online untuk menemukan pasangan impian.

Jika berbagai aplikasi tidak pernah ada, kita harus kembali ke cara lama untuk menemukan cinta sejati. Mungkin butuh cara lebih lama untuk mengenal gebetan dan meyakinkan dirinya untuk mau menerima cinta kita. Tapi, proses itu biasanya membuat kita benar-benar mengenal kepribadiannya, bukan apa yang ditampilkan di media sosialnya.

Baca Juga: Nggak Diterima Ditegur Rapikan Seragam, Siswa SMA di Banjarmasin Tampar Wakil Kepala Sekolah

Sulit menyuarakan pendapat

iStockphoto
SIphotography

ilustrasi menyuarakan pendapat

Media sosial memudahkan semua orang untuk menyuarakan pendapatnya demi membawa perubahan besar.

Menurut laporan HuffPost, kemunculan Facebook telah dimanfaatkan sebagai alat de-sentralisasi. Alhasil, semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk turut membangun perubahan.

Misalnya, kita bisa dengan mudah menulis petisi dan meminta dukungan banyak orang dengan menggunakan hastag tertentu di media sosial.

Cara belajar berbeda

iStockphoto
fizkes

ilustrasi belajar

Sebuah studi yang melibatkan hampir 35.000 anak sekolah di Abu Dhabi, yang diterbitkan dalam jurnal Telematics and Informatics pada 2017 menemukan, media sosial sebenarnya membantu anak-anak di lingkungan belajar.

Anak-anak bisa berbagi informasi dan ide dengan orang lain dan meningkatkan keterampilan membaca mereka.

Di sisi lain, peneliti juga mengatakan media sosial dapat berpengaruh negatif pada anak-anak karena bisa mengalihkan fokus perhatian anak terhadap tugas-tugas sekolah mereka.

Susah menemukan pekerjaan yang potensial

iStockphoto
fizkes

ilustrasi mencari pekerjaan

Media sosial telah menjadi cara bagi perekrut kerja dan departemen SDM untuk menemukan karyawan potensial.

Menurut sebuah studi tahun 2017 yang dilakukan oleh Society for Human Resource Management (SHRM), 84 persen perusahaan menggunakan media sosial untuk merekrut karyawan, dan jumlah itu terus bertambah.

Adanya media sosial juga berguna untuk merekrut kandidat secara pasif. Walau tidak berencana pindah kerja, tapi banyak orang memanfaatkan media sosial untuk membangikan resume agar bisa dilihat oleh siapa saja, termasuk pihak perekrut kerja.

Gaya hidup konsumtif dan kejahatan berkurang

iStockphoto
Lyndon Stratford

ilustrasi gaya hidup konsumtif

Media sosial memang bisa menjadi sarana yang bagus untuk promosi produk. Namun, hal ini bisa meningkatkan gaya hidup konsumtif.

Selain itu, media sosial juga menjadi "lahan" subur untuk doxxing atau praktik berbasis internet untuk meneliti dan menyiarkan informasi pribadi atau mengidentifikasi tentang individu atau organisasi.

Tentunya, hal ini bisa membuat data-data pribadi kita rentan disalah gunakan oleh oknum tak bertanggung jawab.

Berpikir sebelum berpendapat

iStockphoto
yourstockbank

ilustrasi berpikir

Media sosial memang memberi kesempatan yang sama agar semua orang bisa menyuarakan pendapat. Namun, banyak orang menyembunyikan identitas dirinya di media sosial agar bisa berpendapat tanpa bertanggung jawab.

Dengan menyembunyikan identitas, oknum tersebut bisa bersikap kasar, agresif, atau menyebar permusuhan tanpa memikirkan akibatnya.

Tanpa media sosial, kita tidak mudah terhasut oleh hal-hal tersebut dan membuat kita berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara.

Tidak membandingkan diri dengan orang lain

iStockphoto
Rat0007

ilustrasi

Salah satu efek negatif adanya media sosial adalah kita mudah membandingkan diri dengan orang lain.

Unggahan-unggahan orang lain yang nampak fantastis bisa dengan mudah membuat kita iri dan rendah diri sehingga selalu merasa gagal.

Menurut CEO Happiness Research Institute, Meapp Wiking, kemunculan facebook membuat banyak orang memamerkan apa yang ia miliki sehingga menimbulkan iri dan minder bagi orang lain yang melihatnya.

Padahal, nggak semua orang terlihat sempurna di dunia nyata seperti yang mereka tunjukan di dunia maya.

Kita mulai membaca koran

iStockphoto
somebody

ilustrasi membaca koran

Menurut riset 2018 dari Pew Research Center survey, 68 persen orang dewasa di Amerika Serikat mengaku mendapatkan berita dari media sosial. Dengan sekali klik, kita bisa mendapatkan beragam berita terkini.

Meskipun menyenangkan untuk tidak harus berkeliling untuk mencari tahu apa yang terjadi di dunia, beberapa informasi di media sosial mungkin tidak akurat.

Kita tidak mudah buang-buang waktu

iStockphoto
ronstik

ilustrasi nggak membuang waktu

Menurut penelitian yang diterbitkan di Computers in Human Behavior pada tahun 2014, orang yang menggunakan Facebook khususnya — daripada media sosial lainnya — cenderung mengalami depresi.

Semakin banyak waktu yang mereka habiskan di jejaring sosial, semakin tinggi kemungkinan mereka mengalami depresi karena merasa waktu mereka terbuang percuma. Tanpa media sosial, produktivitas dan kebahagiaan kita meningkat.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "13 Hal yang akan Terjadi Ketika Tak Ada Media Sosial"

Editor : Alvin Bahar

Sumber : kompas

Baca Lainnya