Mengenal TaniHub dan TaniFund yang Membantu Permasalahan Petani dengan Metode Kekinian

Hai-online.com- Kamis lalu (15/8) Hai diajak TaniGroup untuk mengunjungi kebun mereka dan berkenalan lebih jauh dengan TaniHub dan TaniFund serta cara mereka menolong petani Indonesia.

Sebelum cerita keseruan Hai bareng TaniGroup dan berberapa media lainnya, kenalan dulu nih sama TaniGroup (TaniHub dan TaniFund).

TaniHub adalah e-commerce untuk hasil tani yang bertujuan untuk menghubungkan petani dengan berbagai jenis usaha dan end-user (pembeli). Sedangkan TaniFund adalah platform crowdfunding yang didirikan sebagai solusi permasalahan pendaan yang dihadapi petani.

Hari Kami situ, Hai diajak untuk melihat salah satu lahan milik petani yang dijuluki “Tani Champion” karena telah berhasil menyelesaikan sekian banyak proyek dengan TaniGroup, namanya Egi Gunawan atau sering dipanggil Kang Egi.

Dalam pengenalannya, Kang Egi juga bercerita bagaimana dirinya yang awalnya hanya menawarkan Durian khas kampungnya ke TaniHub dan berujung bekerjasama sampai saat ini. Btw, Kang Egi ini umurnya masih muda lho, sob. Tapi sudah bisa menjadi petani milenial yang sukses.

Bersama kelompok taninya, Guna Tani, Kang Egi berhasil mengembangkan budidaya tomat TW dan cabai merah keriting lewat pembiayaan peer-to-peer dari TaniFund. Buat yang mau lihat hasil cabe keritingnya, nih liat deh. Seger-seger banget!

Nah, untuk mendapatkan hasil yang sesegar foto di atas dan proyek budidaya berjalan lancar, TaniFund turut turun tangan dengan menugaskan tim field specialist untuk membimbing petani melalui aplikasi yang mudah diakses.

Selesai berkenalan dengan Kang Egi dan melihat kebun miliknya, Hai langsung diajak pergi lagi ke gudang TaniHub, tempat di mana semua hasil tani disortir bedasarkan grade-nya dan dikirim ke pembeli.

Di gudang yang masih di daerah Bogor itu, Hai berkesempatan untuk bertemu sang CEO dan Co Founder TaniGroup, Ivan Arie Sustiawan atau yang akrab dipanggil om Ivan.

Om Ivan menjelaskan bagaimana sistem pengiriman hasil tani mereka ke end user atau restoran.

“Dari kebun, petani sudah menyortir jenis-jenis produk yang akan dipasakran, dan di sini, kembali disortir sesuai dengan grade yang ada yaitu A, B sampai C. Tapi semuanya masih layak dimakan kok!” ungkap om Ivan.

Grade yang om Ivan maksud di atas dilihat dari besar buah, berat dan juga jumlah.

Baca Juga: 10 Universitas Negeri dan Swasta Terbaik Menurut Kemenristekdikti

“Setiap orang itu permintaannya berbeda-beda. Contohnya warung indomie. Pasti mereka lebih memilih beli telur 1kg dengan isi yang banyak, berbeda dengan supermarket yang lebih memilih ukuran yang besar, nggak peduli berapa isinya” lanjutnya.

Karena pengirimanan buah/sayur segar berbeda dengan pengiriman biasanya, TaniHub menjaga benar-benar cold-chain agar buah tetap segar sampai ke pembeli. Pasalnya, untuk pengirimannya sendiri, membutuhkan waktu satu hari dari pembelian.

Di gudang yang cukup luas itu, dibagi menjadi 3 tempat: Cold Room, Chiller Room dan Freezer. Cold Room sejatinya adalah keseluruhan isi gudang tersebut. Tempat di mana semuanya disortir sesuai dengan grade masing-masing.

Chiller room memiliki fungsi untuk menyimpan buah atau sayur dalam suhu 18 derajat Celsius. Di sini sayur dan buah kembali dicek lagi sampai pada akhirnya akan dikirim.

Yang terakhir, freezer, tempat di mana untuk menyimpan makanan lebih lama tanpa mengubah rasanya. Bayangkan aja sob, suhu dalam ruangan freezer itu mencapai -20 derajat! Untuk masuk ke ruangannya aja membutuhkan jaket untuk musim dingin.

Nah, ruangan-ruangan ini lah yang membuat cold chain dari buah atau sayur nggak terputus dan tetap segar. Asli, sob. Buah lokal tuh nggak kalah dengan buah impor loh. Liat deh nih:

Buat kamu yang ingin memesan buah lokal melalui TaniHub, kamu bisa langsung unduh aplikasinya di ponsel kamu terus pesan buah yang tersedia deh. Namun, untuk beberapa buah, kamu nggak bisa beli dalam jumlah sedikit sob.