Menebak Cara Berpikir dan Kepribadian Seseorang Berdasarkan Selera Musiknya

Rabu, 13 Februari 2019 | 14:39
iStockphoto

Mendengarkan musik

HAI-Online.com - Di dunia ini siapa coba yang bisa hidup tanpa musik? Nggak ada! Bahkan kalo dirata-rata menurut penelitian, 20 persen hidup kita berdampingan dengan musik.

Tapi pengalaman kita menikmati musik banyak yang masih menjadi misteri. Dalam satu aliran tertentu, musik bisa bikin kita bahagia, optimis, bahkan bisa mendadak bikin kita joged.

Ada juga jenis musik tertentu yang bikin kita meratap, tersendu-sendu, bahkan menangis.

David Greenberg, akademisi psikologi dari Universitas Cambridge, bersama rekannya baru aja ngerilis penelitian yang ngungkapin hubungan antara selera musik dan cara berpikir.

Dilansir dari laman The Independent, seenggaknya ada 3 pengelompokan yang dibikin Greenberg terkait penelitiannya. Antara lain kelompok Empati (E) yang punya ketertarikan kuat pikiran dan emosi orang-orang.

Selanjutnya ada kelompok Sistemis (S) yang lebih mengutamakan pola, sistem, dan aturan-aturan yang ada di sekelilingnya.

Terus ada juga kelompok Balance (B) yang secara relatif bisa punya cara pemikiran Empati dan Systemis yang relatif seimbang.

Sebuah penelitian pada satu dekade yang lalu ngungkapin kalo 95 persen manusia bisa masuk dalam ketiga kelompok itu dan terungkaplah bagaimana sifat manusia.

Lewat musik, bahkan manusia bisa diketahui belajar ilmu pasti atau ilmu sosial, sob.

Baca Juga : Warna Sepatu Converse Yang Lo Pakai Menunjukkan Kepribadian Lo

Menghubungkan Musik dengan Cara Berpikir

Untuk mempelajari hal tersebut, Greenberg ngelakuin penelitian studi kasus beragam kepada 4000 partisipan.

Greenberg mengambil data bagaimana mereka berpikir dan meminta mereka untuk dengerin sekaligus nunjukin perferensi musik mereka, sekaligus minta mereka buat ngasih 50 kutipan musik dari genre yang beragam.

Di seluruh studi ini, Greenberg nemuin fakta kalo orang-orang yang punya empati (Emphatizers) lebih suka musik lembut yang punya energi yang kalem, emosi sedih, dan kedalaman emosi, seperti yang terdengar dalam genre R&B, soft rock, dan penyanyi atau penulis lagu.

Misalnya, empati dikaitkan dengan preferensi untuk "Come Away With Me" oleh rekaman Norah Jones dan Jeff Buckley tentang "Haleluya".

Di sisi lain, sistemis lebih suka musik yang lebih intens, seperti yang didengar dalam genre hard rock, punk dan heavy metal.

Orang-orang sistemik juga lebih suka musik dengan kedalaman dan kompleksitas intelektual seperti yang didengar dalam genre klasik.

Misalnya, sistemisasi dikaitkan dengan preferensi untuk "Etude opus 65 no 3" karya Alexander Scriabin.

Baca Juga : Warna Sepatu Converse Yang Lo Pakai Menunjukkan Kepribadian Lo

Yang penting, mereka yang tipe B, memiliki kecenderungan untuk lebih suka musik yang menjangkau lebih banyak rentang daripada dua gaya berpikir lainnya.

Dalam penelitian terbaru Greenberg, yang diterbitkan dalam Journal of Research of Personality, ia bersama rekannya juga nemuin fakta kalo sifat kepribadian orang-orang juga bisa memprediksi lewat kemampuan musik mereka, bahkan kalo mereka nggak bisa mainin instrumen apapun.

Greenberg bekerja sama dengan BBC Lab UK untuk ngerekrut lebih dari 7.000 peserta dan menilai mereka untuk lima dimensi kepribadian yang berbeda: keterbukaan, kesadaran, ekstroversi, kesesuaian, dan stabilitas neurotisme / emosi.

Mereka juga meminta para partisipan buat ngelakukan berbagai tugas yang mengukur kemampuan musik mereka, termasuk mengingat melodi dan memilih ritme.

Hasilnya orang-orang yang mendapatkan skor keterbukaan yang tinggi, cenderung punya daya imajinasi, punya beragam minat, dan terbuka dengan cara berpikir baru dan relatif gamang menerima perubahan.

Sedangkan orang-orang yang mendapat skor keterbukaan yang rendah, cenderung menyukai pola, lebih suka diatur, suka hal-hal rutin, dan menganut nilai-nilai hidup yang konvensional.

Lebih jauh lagi, orang-orang yang memiliki sifat ekstrovert cenderung lebih suka bicara, menyukai hal-hal baru, dan punya kepercayaan diri bernyanyi yang luar biasa, lho.

Terapi Musik

Temuan baru ini ngasih kesimpulan dari selera dan kemampuan musik seseorang, bisa nentuin berbagai informasi tentang kepribadian mereka dan cara mereka berpikir.

Penelitian ini nunjukin ada faktor-faktor di luar kesadaran yang membentuk pengalaman para penikmat musik. Penelitian ini juga bisa berguna untuk membantu para guru, orang tua, dan dokter.

Berdasarkan informasi tentang kepribadian, pendidik dapat memastikan bahwa anak-anak dengan potensi bakat musik harus dikasih kesempatan untuk belajar alat musik.

Terapis musik juga bisa ngasih informasi tentang gaya berpikir untuk membantu menyesuaikan terapi mereka untuk klien juga.

Lebih jauh lagi, ditemukan fakta bahwa anak-anak yang mengalami pengalaman traumatis saat kecil namun sering terlibat pengalaman musik aktif (menyanyi atau bermain musik) memiliki sifat yang lebih dewasa dibanding anak-anak yang tidak mengalami pengalaman trauma.

Tag

Editor : Rizki Ramadan