Mengenal Filosofi dan Cara Salam Dari Tradisi Tionghoa

Sabtu, 02 Februari 2019 | 09:35

Salam tionghoa

Hai-online.com - Selain warna merah dan pemberian angpao, perayaan imlek juga identik dengan ucapan ‘gong xi fat choi’

Nah, ‘gong xi fat choi’ biasanya diucapkan sambil memberikan salam kepalan tangan sambil menunduk.

Tahukah kamu apa makna salam tersebut?

Dalam tradisi China, salam dengan mengepalkan dua tangan di depan dada itu disebut “pai”.

Ritual yang biasa disebut “soja” ini ternyata maknanya datang dari filosofi tradisional China yang terpengaruh oleh filosofi Konghucu.

“Pai” nggak dilakukan saat imlek semata. Orang Tionghoa kerap melakukannya tiap kali memberi penghormatan, bisa sembari membungkuk atau berlutut. Bisa dilakukan saat berpapasan dengan orang atau saat sembahyang.

Nah, kita ketahui yuk cara tepat melakukan “pai” yang sesuai tradisinya. Jadi, posisi tangannya adalah kita mengepal tangan kanan lalu tangan kirinya menutupinya.

Menurut Kompas.com, hal ini merupakan perwujudan filosofi China, tapi bukan bermaksud seksis. Kaum pria (tangan kiri) dianggap berperan melindungi kaum wanita (tangan kanan). Filosofi ini juga terwujud dalam posisi patung singa di muka kelenteng, rumah ibadah umat Konghucu.

“Di sisi kiri kelenteng ialah sosok singa jantan yang menggenggam bola dunia, sedangkan di sisi kanan adalah figur sang betina yang menaungi anaknya,” ujar seorang pemandu di Museum Benteng Heritage yang tidak mau disebutkan namanya kepada KompasTravel, Selasa (29/1/2019).

Baca Juga : Cuma di China: iPhone Dipakai Orang Miskin, Xiaomi Dipakai Orang Kaya

Terus, posisi ibu jari juga semestinya diacungkan. Jempol kanan diposisikan lebih rendah dari yang kiri. Dengan begitu, keduanya akan membentuk huruf kanji “ren” yang berarti orang. Di samping itu, Di samping itu, “ren” juga bisa bermakna “kasih” sekaligus "kemanusiaan".

Nggak cuma itu, empat jemari kanan dan empat jemari kiri yang saling bersentuhan mewakili masing-masing empat nilai bagi pria dan wanita.

“Xiao, ti, zhong, xin. Berbakti, rendah hati, setia, dan dapat dipercaya, itu pegangan untuk laki-laki,” ujar Oey Tjin Eng (75), seorang mantan pengurus bidang humas Kelenteng Boen Tek Bio, Tangerang, kepada KompasTravel

Tjin Eng yang kini aktif di Kelenteng Khongcu Bio turut menyebutkan empat nilai lainnya yang harus dipegang kaum wanita, “Li, yi, shu, zi. Mengerti susila, adil, suci atau memaafkan, tahu malu.”

Dalam tradisinya, posisi pai pun berbeda-beda tergantung status. Jika posisi lawan bicara lebih rendah, maka pai di bawah dada; jika sederajat, maka pai setara dada; jika lebih tua, maka pai di atas dada atau di depan wajah.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Jangan Asal Mengepal, Ini Makna di Balik Salam Orang Tionghoa",

Penulis : Vitorio Mantalean

Editor : I Made Asdhiana

Tag

Editor : Rizki Ramadan