Liga Kompas Kacang Garuda U-14 - Atlet Berkacamata dan Impian ke Piala Dunia

Jumat, 01 Februari 2019 | 17:04
Kompas Nasional

Pemain Salfas Soccer Mulkan Hanif Alfaris (biru) sedang duel berebut bola dengan para pemain Pelita Jaya di pekan ke-19 Liga Kompas Gramedia U-14, Jakarta, Minggu (6/1/2019). Dalam laga itu, Salfas Soccer menang 2-1. Kemenangan Salfas karena berhasil memaksimalkan kesempatan menambah pemain baru di awal putaran kedua sehingga permainannya meningkat di awal putaran kedua ini. KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH (DRI) 06-01-2019

HAI-Online.com -Sepak bola memikat banyak orang, nggak terkecuali penderita gangguan mata. Di Liga Kompas Kacang Garuda U-14, ada tiga pemain mengenakan kacamata ketika membela sekolah sepak bola masing-masing, salah satunya Richo Reyvaldy Hasyim .

Bocah yang bermain di sisi kiri SSB Pelita Jaya tampak berbeda dari pemain lainnya. Selain perawakannya yang kecil, Richo juga mengenakan kacamata.

Pelajar kelas IX Madrasah Tsanawiyah 19 Jakarta itu sejak kecil tergila-gila bermain bola. Namun, saat kelas I SD Richo harus mengenakan kacamata akibat gangguan penglihatan karena terlampau banyak bermain gim komputer.

Kendati mengenakan kacamata, hasrat Richo bermain bola nggak suruthingga akhirnya memutuskan bergabung dengan SSB Cemara di Bogor, Jawa Barat. ”Kebetulan orangtua mendukungku tetap menekuni sepak bola,” kata Richo, Minggu (20/1/2019) seperti yang dilansir HAI dari Kompas.com.

Sejauh ini, Richo mengaku tak sulit beradaptasi di lapangan dengan kacamata setiap bertanding ataupun berlatih. Kacamatanya didesain khusus dengan tali karet yang kuat, memiliki bobot ringanm dan nggak mudah terlepas.

Baca Juga : Resmi Ditutup, Berikut Daftar Lengkap Bursa Transfer 5 Klub Raksasa Liga Spanyol

Namun, beberapa kali kacamata itu membuatnya terluka. Cedera itu pernah ia dapatkan kala menghadapi SSB Astam di Liga Kompas akibat nggak sengaja terkena sikut pemain lawan dan melukai dahinya.

Tantangan bagi Richo lebih banyak datang dari rekan sebaya yang sempat mengolok-oloknya. ”Disindir setiap mau latihan. Mereka bilang aku ini mau berenang atau main sepak bola,” katanya.

Dua pemain lain di Liga Kompas yang berkacamata adalah Adam Joaquin Girsang, bek dari SSB Asiop Apacinti, dan Mulkan Hanif Alfaris atau Okan, kapten SSB Salfas Soccer. Meskipun kerap diremehkan lawan karena dinilai lemah, ketiganya memilih tetap fokus berlatih.

”Karena pakai kacamata, aku masih sering kesulitan berduel bola udara,” ujar Adam.

Adapun Okan hingga pekan ke-21 terus dipercaya sebagai palang pintu Salfas Soccer. Perannya belum tergantikan. Permainannya tanpa kompromi. Ia pun piawai membaca arah bola. Okan kini membawa Salfas Soccer memuncaki klasemen sementara Liga Kompas.

Punya tempat

Pesepak bola berkacamata memiliki tempat dalam sejarah sepak bola Indonesia. Saat tampil pada Piala Dunia 1938 di Perancis dengan nama Hindia Belanda, Indonesia dipimpin kapten Achmad Nawir, mahasiswa kedokteran Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) Surabaya.

Richo, Adam, dan Okan boleh jadi nggak pernah mendengar kisah Nawir membela Hindia Belanda di Piala Dunia. Namun, tanpa mereka sadari, semangat Nawir ada dalam diri mereka.

Melalui kemauan keras dan tekun, Richo, Adam, dan Okan berpeluang menjadi atlet sukses di masa depan. Saat itu, bisa jadi, Indonesia kembali tampil di Piala Dunia dipimpin seorang pemain berkacamata.

Ya kita doakan aja semoga para bibit muda ini nantinya bisa seperti Edgar Davids ya sob! Meskipun menggunakan kacamata, tapi mampu menorehkan banyak prestasi berkat kepiawaiannya di atas lapangan, bener nggak? (*)

Tag

Editor : Rizki Ramadan