HAI-ONLINE.COM - Kabar duka datang dari ranah digital Indonesia, pakar media sosial Nukman Luthfie baru saja berpulang pada Sabtu malam (12/1), setelah sempat mengalami serangan stroke ketika tengah pergi berlibur ke Yogyakarta.Ia dikenal sebagai bapak media sosial Indonesia, berkat kiprah dan prestasinya di dunia pemasaran digital dan medsos.Nggak heran kalo sosoknya sering jadi narasumber untuk artikel-artikel media. Termasuk HAI juga.Kami mewawancarainya pada Oktober 2018 lalu, terkait bahasa gaul di media sosial. Wawancara via telepon itu ternyata jadi interaksi pertama dan terakhir HAI dengan Pak Nukman.Saat itu, Pak Nukman bercerita soal keunikan media sosial yang bisa melahirkan bahasa sendiri. “Medsos memang tempat di mana orang bercakap-cakap dengan biasa dan memakai bahasa sehari-hari. Sebagian (dari bahasa itu) pun bisa viral,” katanya.
Baca Juga : Terkena Stroke, Pakar Media Sosial Nukman Luthfie Meninggal Saat Berlibur di Yogyakarta
Keunikan bahasa yang berawal dari media sosial menurut Pak Nukman adalah bisa dibuat oleh orang biasa sekalipun. Ia mencontohkan kalimat “masook Pak Eko”, yang dipopulerkan oleh seorang polisi bernama Eko Hari Cahyono dari Porong, Sidoarjo yang viral karena aksinya melemparkan benda.
“Tanpa melalui media mainstream, semua bisa dibuat sendiri. Bahasa yang dari Twitter, lalu digunakan di Facebook, YouTube, bahkan Tik-Tok, dan makin menyebar,” paparnya.
Pak Nukman menambahkan, sifat dari bahasa-bahasa media sosial ini hanya musiman, tapi tetap terarsip.
“’Masuk Pak Eko’ kan sekarang sudah jarang digunakan. Ingat kan dulu juga ada ‘Om telolet om’? Tapi di online, semuanya terekam. Media sosial memang selalu menciptakan hal baru, tapi semuanya terarsip,” lanjutnya.
Pak Nukman juga ngasih pesan buat anak muda yang suka berbahasa gaul di medsos.
“Pakai bahasa gaul boleh. Tapi inget, itu bahasa kasual. Jangan dipakai di karya ilmiah. Jangan pakai untuk email, jangan dipake di hal-hal yang bersifat formal,” paparnya.Selamat jalan, Pak Nukman. We will miss you!